Bab 5 Itu Bukan Aku
Bab 5 Itu Bukan Aku
Alice menikmati makan siangnya tanpa mempedulikan kedua pria yang ada di hadapannya. Alice sering kali mengalami hal ini, makan siang di jam yang tidak seharusnya.
Jarum jam menunjukkan 05.10pm, Alice makan dengan lahapnya dan menunjukan sikap bodoh amat dengan kedua orang yang sejak tadi memperhatikan cara makannya.
"Hmp... akhirnya." Alice berucap sesaat setelah selesai menghabiskan makanannya dan meneguk segelas air putih.
"Apa yang membuat bapak berdua sibuk-sibuk mencari saya disini?" katanya kemudian pada kedua lelaki yang berada dihadapannya.
Azka akan menjawab pertanyaan tersebut, namun ucapannya seakan terhenti saat melihat Ronald mengarahkan tangannya kearah wajah Alice dan mengisyaratkan bahwa ada sesuatu di pinggir bibirnya.
"Dimana? disini?" kata Alice bertanya pada Ronald sambil mengarahkan moncongnya.
Ronald lalu dengan segera mengambil nasi yang menempel di bibir Alice.
Alice hanya tersenyum malu dan tertawa kecil lalu mengucapkan terimakasih pada Ronald.
"Terimakasih Pak polisi, ehm.. Ronaldo" ujar Alice sambil berusaha melihat papan nama yang berada pada sisi kanan pakaian dinas pria itu.
"Iya... Saya Ronaldo Alvarez, anggota Tim divisi Cyber Police." Jawab Ronald sambil menampakan senyum menawan dengan kesempurnaan dari kedua lesung yang berada di pipinya.
Mereka berdua tak sadar jika tindakan keduanya sedang diamati oleh Azka dengan geramnya.
"Hhem, maaf komandan" kata Ronald kemudian sambil setengah menunduk.
Alice hanya tersenyum malu lalu kemudian mengatakan sesuatu seperti meledek "Hehehe, maafkan saya komandan" .
Azka seperti akan meledak, namun tampak jelas ia berusaha menyembunyikan kegeramannya itu. Dia kemudian tersenyum dan mulai menjelaskan alasan kedatangannya.
"Kami datang untuk mengklarifikasi apakah anda yang membuat akun baru untuk mulai mengkonfrontasi para fans dari Caroline Williams untuk mempertanyakan kebenaran kematiannya?" tanya Azka dengan seksama
Alice lalu mulai tertawa seakan meledek kedua pria itu.
"Hahahaha, maksud anda apa pak Polisi? Saya tidak tahu menahu soal itu. Lagi pula bukankah kematiannya juga janggal? Kenapa tidak dibuka kembali saja kasusnya, saya bersedia bekerjasama dengan bapak-bapak ini, jika itu harus" kata Alice kemudian masih dengan senyum mengejek.
"Lalu apakah anda juga masih akan menyangkal kalau artikel ini bukan anda yang menulisnya?" tanya Azka kemudian sambil menunjukan Artikel yang ada di layar Handphone-nya.
Alice mengambil handphone tersebut dan mulai membaca artikel tersebut. Wajah Alice yang sejak tadi tersenyum meledek pada mereka kini tampak berubah menjadi serius, setelah beberapa saat Alice tampak membaca dengan seksama artikel itu, Alice kemudian menggelengkan kepalanya. "Ini bukan tulisan saya, saya tidak tahu siapa yang menulis artikel ini." kata Alice kemudian sambil menatap kedua pria itu secara bergantian.
"Dokter Alice Valencia, anda harus tahu bahwa keluarga besar nona Caroline Williams meminta agar kasus ini segera ditutup, mereka mengikhlaskan kepergian putri mereka dan tidak ingin memperpanjang masalah. Tidakkah anda bisa mengerti nona Valencia?" kata kata yang keluar dari mulut Azka begitu pelan dan tegas membuat dokter muda itu menjadi bimbang. Namun, sekali lagi dengan senyum manisnya Alice kembali membuat pertanyaan yang tak di sangka-sangka. "Kematian tidak wajar seperti itu, dibiarkan oleh polisi yang adalah penegak hukum? Itu baru satu kasus saja. Lalu bagaimana jika kasus semacam itu terulang kembali? Apakah kalian hanya akan tetap diam?"
Kali ini Ronald yang angkat bicara "Nona Valencia, tolong jaga omongan anda. Dari pernyataan anda, seakan-akan anda menuduh kami polisi sedang berkomplotan untuk menutupi kasus ini. Seharusnya anda bisa lebih berhati-hati dalam memberikan suatu pernyataan."
"Saya tidak menuduh, saya hanya mencoba membuka pola pikir kalian, ada sesuatu yang janggal dari kematiannya, mari buka kasus ini lagi. Kita bisa membuktikan pada public siapa dalang dibalik semua ini." Kata dokter Alice kemudian meyakinkan kedua polisi itu.
"Dengar dokter Alice, kasus ini sudah sah ditutup dan ini atas permintaan keluarganya. Saya sekali lagi memperingatkan pada anda untuk tidak lagi mengkonfrontasi para fans dan public, dengan begitu kita sudah bisa sedikit meringankan beban duka yang ditanggung keluarganya." Kata Azka dengan tegasnya, kemudian berdiri dan memohon diri untuk pergi. Ronaldo mengikutinya dan sejenak ia berbalik ke arah dokter Alice lalu tersenyum dan pamit dengan bahasa tubuhnya.
...
Alice mengambil ponselnya dan melihat komentar para netizen, ada banyak diantara mereka yang berharap kasus ini di buka kembali agar dilakukan penyelidikan untuk mengetahui kebenaran dari kematian model cantik itu. Alice juga kemudian membaca ulang artikel yang tadi dilihatnya dari handphone Azka.
Alice membacanya dengan seksama, dia tak mengerti kenapa ada orang yang berpihak padanya bahwa penyebab kematian wanita itu adalah dibunuh, namun alasan mengapa dia dibunuh bukanlah alasan yang tepat menurut Alice. Pada akhir artikel tersebut tertulis inisial A.V dan seketika wanita itu terkejut. A.V adalah inisial untuk namanya Alice Valencia.
...
Hari ini berakhir begitu sempurna dengan banyaknya pekerjaan di Rumah Sakit dan kegelisahan Alice dengan banyaknya masalah yang dia hadapi. Ia telah sampai di apartemennya dan kini saatnya untuk menenangkan pikirannya dalam tidur yang panjang. Alice mencoba untuk menutup matanya, namun ia tak dapat tidur. Ia membalikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, namun tetap saja otaknya dipenuhi berbagai pertanyaan, walaupun tubuhnya begitu lelah, namun otaknya terus saja mengajaknya untuk berpikir. Vio yang melihat temannya seperti itupun akhirnya menjadi gelisah dan tidak nyaman karena mereka tidur ditempat tidur yang sama. Vio lalu menarik selimut dan bantalnya lalu tidur diruang tamu.
Jarum jam menunjukan pukul 03.00 saat Alice akhirnya bisa tertidur lelap.
...
"Alice bangun, sudah jam 7 pagi. Kamu tidak kerja hari ini?" teriak Viona membangunkan Alice sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Alice. Yang dibangunkan hanya mengeliat sambil menyahut "Aku dinas sore, bebh" lalu melanjutkan tidurnya lagi.
Viona tampak sudah rapih dan cantik dengan balutan dress merah maron, dia sudah bersiap untuk pergi ke kantornya. Wanita cantik itu sekali lagi berkaca sambil memakai rompi hitamnya, dan tas samping hitam telah ia kenakan.
"Bebh, sarapan sudah aku siapin ya. Aku berangkat duluan" Kata Viona sambil tersenyum centil kearah kaca, kemudian pergi.
Viona akan membuka pintu, bersamaan dengan bel apartemen mereka yang dibunyikan. Siapa tamu yang akan datang pagi-pagi begini, bantin Viona. Dia lalu membuka pintunya, jantungnya berdebar kencang dan darahnya seakan berdesir mengaliri tubuhnya yang terasa dingin. Didepannya berdiri seseorang pria tampan dengan balutan baju seragam coklat yang membuatnya tampak gagah, pria tersebut menggunakan kacamata hitam dan tampak senyum indah di bibirnya. Pria itu lalu melepas kacamata hitamnya, yang membuat tatapan Viona dan pria itu bertemu, Viona tampak gugup namun berusaha untuk menguasai dirinya.
"Selamat pagi" kata pria itu membuka percakapan. "Saya Azka Carmelo kepala divisi Cyber Police dari Kepolisian Grazia, saya ingin bertemu dengan dokter Alice Valencia" katanya melanjutkan.
"Selamat pagi, Hhmp... silahkan masuk" kata Viona kemudian dengan suara sedikit terbata-bata.
"Silahkan duduk dulu, saya akan memanggilkan dokter Alice" Viona lalu bergegas menuju kamar dan membangunkan Alice.
"Alice, bangun! Ada seseorang lelaki tampan di depan mencarimu" kata Viona, sambil mengguncangkan tubuh Alice.
"Kamu belum berangkat bebh?" Alice malah balik bertanya pada Viona.
"Ada yang mencarimu bebh" kata Viona lagi.
"Siapa yang bertamu di jam segini? aku masih ngantuk bebh. Suruh saja dia kembali di jam makan siang." kata Alice tanpa membuka matanya dan masih tetap menikmati kasur dan selimutnya...
"Polisi.... Namanya.. Hhmm Azka... Yah namanya Azka Camerlo." kata Viona sambil mengingat-ingat nama pria itu.
"Siapa?" tanya Alice masih dengan mata tertutup.
"Azka Camerlo" jawab Viona spontan.
Alice membuka matanya, secepat kilat Alice sudah berada didepan pintu kamar dan mengintip ke luar. Tampak diluar seorang yang tak asing baginya.
"Ya Tuhan, kenapa dia datang kesini? Ada keperluan apa sepagi inii?" kata Alice gugup sambil mondar mandir di dalam kamarnya.
"Kamu kenal dia?" tanya Viona.
"Tenang Alice, tenang... Kamu harus keluar sekarang!" Alice menenangkan dirinya sendiri, tanpa menggubris pertanyaan Viona. Alice kemudian menarik nafas dalam dan menghembuskannya dari mulut, merapikan rambutnya lalu berjalan keluar dari kamarnya.
Alice tak berkaca dulu, bahkan ia lupa kalau dirinya belum mencuci muka dan menggosok giginya.
Alice berjalan dengan angkuhnya menghampiri Azka yang sejak tadi menunggunya di ruang tamu, Viona mengikutinya dari belakang.
"Ada apa?" Tanya Alice setelah berada didepan Azka.
Azka tersenyum lebar, bahkan hampir seperti akan tertawa melihat gaya Alice yang tak seperti biasanya. Berjalan dengan busana tidurnya, rambut yang sedikit berantakan, tanpa make up dan tanpa mencuci muka, jelas terlihat bahwa Alice baru bangun tidur.
"Selamat pagi dokter Alice, maaf mengganggu tidur nyenyakmu. Saya kesini dengan tujuan untuk menyerahkan surat panggilan dari kantor polisi untuk anda." kata Azka sambil menyerahkan secarik surat kepada Alice.
Alice membaca surat tersebut dan mulai mengernyitkan keningnya.
"Pencemaran nama baik? Apa maksudnya ini??" tanya Alice dengan sedikit tak mengerti.
"Keluarga Caroline Williams menuntut Anda atas pencemaran nama baik. Dari artikel yang beredar yang menyatakan bahwa Caroline sedang mengandung, hal itu membuat keluarganya terguncang. Mereka tidak terima dengan pernyataan anda pada Artikel tersebut" tutur Azka menjelaskan.
"Sebenarnya kasus ini bukan urusan saya, namun karena sejak awal yang menangani kasus kematian nona Caroline Williams adalah divisi saya, maka kepala kepolisian meminta saya untuk mengusut masalah ini." lanjutnya kemudian.
"Artikel apa yang anda maksud? Saya tidak pernah menulis artikel itu? Bagaimana mungkin tuntutan itu ditujukan kepada saya?" Alice tampak gusar dan sedikit takut.
"Dokter Alice, tuntutan itu sudah dicatat. Sebagai petugas saya hanya bisa memeriksa anda, semua pernyataan anda akan saya catat. Saya pamit dulu, saya tunggu anda di ruangan saya pukul 09.00 pagi ini" Azka lalu keluar dari ruangan itu.
Alice tidak dapat berkata-kata lagi, dia hanya terdiam memandangi surat panggilan dari kepolisian agar dia segera diperiksa atas tuntutan pencemaran nama baik.
Viona duduk di sampingnya, "Bebh..." kata Viona..
"Itu bukan aku bebh.. Aku tidak pernah menulis artikel seperti itu" Alice lalu memeluk Viona dan kemudian menangis, dia menampakan satu sisi pribadinya yang lain, cengeng dan manja. Viona mendekapnya "Sabar bebh, badai pasti berlalu".
