Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Luluhnya Hati yang Keras

Setelah kang Karjo menutup kembali pagar rumah majikannya, ia langsung bergegas ke dalam rumah untuk sejenak memeriksa keadaan rumah yang memang setiap hari ia lakukan untuk memastikan semuanya baik-baik saja semisal memeriksa kabel-kabel, mesin air, lampu-lampu penerangan dll. Karena selain sebagai supir kang Karjo dulunya lulusan SMK jurusan teknik listrik sehingga passionnya memang ccook untuk memeriksa pelistrikan dan sejenisnya.

Untuk kang Karjo sendiri bertugas menjaga keamanan rumah itu juga selain supir pribadi papa Sudono juga mengurus angkat-angkat barang-barang berat yang memang tidak bisa dilakukan mbak Muti maupun mbok Darmi yang memang sudah semakin menua di usia hampir 60 tahun itu.

Sementara itu, mbak Muti menuju ruang mesin cuci untuk mengurus baju-baju kotor sang majikan. Biasanya tugas-tugas mbak Muti dan mbok Darmi saling tukar bergantian siapa saja yang sedang sempat maka salah satu dari merekalah yang mengerjakannya.

Setelah dirasa semuRani aman kang Karjo langsung mencari mbak Muti yang sedang di ruang mesin cuci terlihat dari jauh mbak Muti sedang memasukkan bRanik macam-macam pakaian majikannya ke mesin cuci.

Lalu sambil menunggu mesin cuci mbak Muti sejenak duduk di sekitar ruang mesin cuci untuk membuka HP nya mencari hiburan dari aplikasi Tiktok yag memang setiap hari ia buka untuk sekedar refreshing.

“Lagi apa mbak?” tiba-tiba kang Karjo sudah berdiri di depan pintu ruang cuci baju. Sambil bersandar di tembok.

“Anu kang lagi buka Tiktok cari yang lucu-lucu hehe....!” kata mbak Muti dengan logat jawanya yang kental sambil tertawa kecil menyaksikan layar HP nya yang sedang menayangkan video-video kocak yang memang sering seliweran di aplikasi Tiktok itu.

“Oiya, kang Karjo sudah makan lom?” tiba-tiba mbak Muti baru teringat kalo belum melihat kang Karjo makan siang.

“Iya nih, mbak....saya belum makan karena tadi sibuk bantu beres-beres barang-barang pak Sudono dan bu Tyas’” terang kang Karjo

“Kalo gituh aku siapin dulu yo kang untuk makanannya di ruang makan!” kata mbak Muti sambil berlalu nuju ruang makan.

“Makasih ya mbak! Maaf, jadi ngerepotin nih!” kata kang Karjo sambil berjalan ke arah garasi mobil untuk menuju ke kamarnya yang memang bersebelahan dengan garasi mobil sebentar untuk ganti baju dan celana.

Sesampainya di kamar kang Karjo segera melepaskan celana panjangnya dan hanya menggunakan celana kolor celana pendek yang ketat di pahanya sehingga tonjolan rudalnya lumayan terlihat. Badan kang Karjo memang sangat tegap mirip tentara karena rajin juga ikut kebugaran kalo nganter sang majikan papa Sudono di Fitness.

Lalu dengan bertelanjang dada kang Karjo mengambil handuk dan menuju kamar mandi di lantai satu yang memang disiapkan oleh para majikan bagi para asisten rumah tangga yang ada di rumah mewah itu. Kamar mandinya cukup mewah dan luas bahkan ada shower dan bathubnya serta kaca lebar untuk sekedar bersolek di kamar mandi.

Sungguh beruntung mereka bisa tinggal di rumah mewah seperti itu yang mana segala keperluan dan kenyamanan untuk tinggal di rumah itu sudah tersedia semua dengan lengkap. Di bagian belakang juga ada halaman luas bertaman hijau nan asri dan ada kolam renang lebar sedalam orang dewasa.

“Kangggg....ini makanannya sudah siappp...monggo dimakan yooo!” teriak Mbak Muti dari ruang makan

“Gebyarrrr...gebyurrrr...!” terdengar suara air gemericik dari kamar mandi yang ternyata kang Karjo sudah keburu mandi dulu sebelum menyantap makanan yang telah disiapkan oleh mbak Muti.

“Owh lagi mandi dulu toh kang Karjo nya!’” seru mbak Muti dalam hati.

Lalu ia duduk dulu di kursi meja makan sambil membuka lagi Hp nya melanjutkan tontonan tayangan lucunya. Sambil tertawa-tawa mbak Muti dan tak menyadari bahwa kang Karjo sudah selesai mandi menghampirinya.

Tiba-tiba....”Cupppp...ahhhh!” kang Karjo mencium rambut di bagian ubun-ubun mbak Muti.

“Terima kasih tuan putriiiii...!” sambil terkekeh kang Karjo berlari kecil menuju kursi makan di seberang kursi mbak Muti.

”Yak ampunnn...kang Karjo genit ihhh....!” cetus mbak Muti kaget sambil pura-pura cemberut meski dalam hatinya ada semacam perasaan berbunga-bunga karena disentuh bahkan dicium rambut palanya oleh seorang laki-laki gagah di dekatnya. Memang sudah beberapa tahun ini mbak Muti setelah menjanda tidak pernah lagi mendapat sentuhan lelaki. Meski di dalam kamar seringkali setiap mo tidur mbak Muti kadang membayangkan tidur dengan seorang laki-laki yang bisa menghilangkan rasa kesepiannya saat ini.

Dengan cuma pake celana pendek ketat dan handuk yang disampiri di lehernya kang Karjo duduk di seberang kursi mbak Muti untuk segera menyantap makanan yang telah tersedia.

Sempat tadi mbak Muti melirik celana ketat yang dipake kang Karjo, dalam hati mbak Muti kaget juga melihat senjata lelaki semacam itu dan memang sudah lama ia tidak melihat bahkan menyentuh senjata andalan para lelaki itu yang sering jadi alat untuk menaklukkan setiap wanita.

Seketika mbak Muti membuang pikiran itu jauh-jauh agar tetap bsia fokus ke tayangan di HP nya itu.

Terlihat kang Karjo dengan lahap menyantap makanan yang telah dihidangkan mbak Muti untuknya.

“Luar biasa kamu mbak, masakannya benar-benar enak. Pas banget untuk aku yang sedang laper berat ginih!” kata kang Karjo memuji

“Ya, alhamdulillah jika kang Karjo doyan. Soale saya khawatir jadi mubazir jika tidak habiskan itu makanan,” cetus mbak Muti merasa bersyukur

Tanpa sadar mbak Muti melihat dada bidang yang tegap dari kang Karjo meski sebagian pundaknya masih tertutup handuk.

Tiba-tiba kang Karjo berdiri sambil minum setelah makanannya ludes ia santap. Mbak Muti makin melongo melihat tonjolan di balik celana ketat kang Karjo. Beberapa detik kang Karjo berdiri di hadapannya sambil menenggak air putih untuk menghilangkan dahaganya setelah kenyang makan nasi beserta lauk pauknya. Sejenak mbak Muti menelan salivanya melihat penampakan cukup erotis di depannya.

Nampaknya kang Karjo cukup sadar dengan keterkejutan mbak Muti melihat dirinya. Dan itu nampaknya akan dimanfaatkan kang Karjo untuk menaklukkan hati mbak Muti yang beberapa tahun terakhir ini begitu keras karena belum bisa menerima lelaki lain dalam hidupnya karena masih trauma dengan rumah tangga sebelumnya dengan suaminya terdahulu.

“Mumpung seminggu ini aku dan mbak Muti Cuma berdua di rumah ini. Aku akan berusaha untuk menaklukkan janda montok ini sampe berhasil’” tekad kang Karjo dalam hati

Umur kang Karjo berbeda 2 tahun dengan Mbak Muti dimana kang Karjo lebih muda dengan usia 38 tahun. Sedangkan mbak Muti yang telah berumur 40 tahun justru kondisi badannya terawat baik wangi, bersih dan menyegarkan. Dengan ukuran buah dada yang cukup menantang jika sekilas dilihat dari baju-baju daster yang biasa mbak Muti pake sehari-hari.

“Mbak....tunggu disini dulu yah....saya mo ambilkan sesuatu!” pinta kang Karjo

“Emang ada apa kang?” mbak Muti keheranan dan bertRani-tRani dalam hati

Sambil tersenyum kang Karjo berjalan menuju kamarnya itu di sebelah garasi mobil dan segera membuka laci lemari di kamarnya.

“Hmmmm....benda ini sudah lama aku belikan untuknya. Tapi belum menemukan waktu yang tepat untuk memberikannya,” Cetus kang Karjo dalam hati.

Segera ia keluar kamar kembali menuju meja makan dan sesampainya di meja makan tiba-tiba kang Karjo berlutut di depan mbak Muti dengan menyembunyikan kedua tangannya sambil menggenggam sesuatu. Nampaknya itu kejutan buat mbak Muti.

“Tuan putriiiku nan cantikkk...sudilah kiranya memakai ini!” katakang Karjo dengan mata berbinar-binar peuh harap agar mbak Muti mau menerima dan bahkan memakainya.

“Apa ini kang?” kaget mbak Muti melihat sebuah kotak merah kecil di tangan kang Karjo yag masih dalam posisi berlutut di hadapannya.

“Terima dan pakelah ini!’ pinta kang Karjo sambil menatap mbak Muti penuh harap agar perempuan idamannya mau menerima pemberian darinya.

Sesaat mabk Muti mebuka kotak merah itu dan ternyata isinya adalah sebuah kalung emas cantik bertuliskan Muti di bandulnya. Kaget bukan kepalang mbak Muti dan sambil matanya berkaca-kaca bertanya ke kang Karjo.

“Ini serius kang?” wajah mbak Muti masih tak percaya dengan apa yang ia alami sekarang

“Ini salah satu bukti cinta saya ke kamu mbak!” balas kang Karjo

“Saya sudah lama menantikan kesempatan ini mbak!” kata kang Karjo lagi

Tanpa menunggu persetujuan mbak Muti lagi kang Karjo segera saja berdiri dan mengalungkannya ke leher mbak Muti sambil tak lupa ia kembali mencium ubun-ubun perempua yang ia cintai itu.

Tiba-tiba mbak Muti terisak menangis, “Uhukkkkk...uhukkk...ehmmm!” sambil mengeluarkan air mata dengan deras

Melihat itu kang Karjo segera memeluk mbak Muti dan meletakkan wajah mbak Muti di dadanya yang bidang itu sambil membelai rambut dan punggung perempuan itu.

Beberapa menit mbak Muti masih terisak menangsi haru dan bahagia di pelukan kang Karjo.

“Akang serius sama saya?” tiba-tiba mbak Muti bertanya sambil pelukan menangis

“Ya, akang serius dan gak akan sia-siakan kamu sayang!” kata kang Karjo mesra.

“Gak akan nyakitin hati Muti kan?” selidik mbak Muti lagi memastikan keseriusan lelaki itu.

“Akang janji jadi pelindungmu disisa hidup akang! Kita hadapi hidup bersama sampe akhir hayat!” kata kang Karjo

“Terus terang saya masih trauma dengan mantan suami saya itu kang!” mbak Muti menjelaskan lagi

“Insya Alloh, itu tidak akan terulang dengan akang ya sayang!” kata kang Karjo berusaha memastikan agar hati Muti makin yakin.

Kang Karjo lalu melepaskan pelukannya dan memegang wajah Muti serta menyeka air matanya.

“Cupppp....ahhhh!” kang Karjo mencium kening perempuan pujaannya itu.

“Terima kasih akang sudah janji serius jaga saya!” Muti berkata sambil tersenyum bahagia

Ternyata strategi dan masukan papa Sudono sekitar sebulan lalu ke kang Karjo berhasil dan berjalan dengan baik. Karena saat sebulan lalu mbak Muti masih menolak cinta kang Karjo. Kang Karjo sempat curhat ke papa Sudono. Dan persis dengan nasehat papa Sudono ke Ryan maka kang Karjo pun juga dapat wejangan yang sama dari papa Sudono yaitu memberikan sesuatu sebagai tanda cinta kepada pasangan masing-masing.

***

Kita tinggalkan dulu kemesraan kang Karjo dan mbak Muti. Kita beralih ke aktivitas Ryan dan Rani di tempat yang sudah mereka janjikan sebelumnya.

Sementara itu siang hari ini di Cafe Casanova Ryan sudah tiba di ruang khusus yang ia telah pesan sebelumnya untuk berdiskusi tentang tugas-tugas kuliah dengan Rani mahaisiswi cantik nan mungil itu.

Tak lama kemudian Rani pun tiba di ruangan Cafe itu yang terletak paling pojok dan agak tertutup dari pandangan pengunjung lainnya di cafe itu.”

“Halo pak Ryan yang gantenggg...!” cetus Rani sambil tersenyum manis

“Aihhh....manis dan cantik sekali senyum gadis ini!” seru Ryan dalam hati

Rani datang dengan rok mini sedengkul sehingga memperlihatkan betis kakinya dan sebagian paha mulus yang putih itu. Bajunya pun yang ia pake sangat membentuk dadanya yang menonjol indah dan nampaknya Rani sengaja membuka satu kancing bajunya di bagian atas agar belahan dadanya makin terlihat menggoda bagi mata lelaki yang melihatnya.

“Ayo duduk sini!” pinta Ryan

Segera saja Rani duduk berdekatan dengan sang dosen menawan itu.

“Gimana, kamu sudah siap saya jelaskan tugas-tugas kuliahmu?” tanya Ryan memastikan kesiapan Rani untuk memperhatikan penjelasan sang dosen.

“Siap pak!” cetus Rani yang mulai serius menatap bahan-bahan tugas kuliahnya di layar laptop sang dosen.

Tak terasa hampir satu jam mereka berdiskusi tentang tugas-tugas kuliah yang Rani harus segera selesaikan.

“Gimana Rani, kamu sudah paham kah sekarang?” tanya Ryan

“Nahhhh...kalo bgini Rani paham banget pakkk...Soale kalo belum dijelaskan langsung sama bapak, Rani masih eror dan lom nyambung pak!” sambil tertawa kecil memperlihatkan gigi-giginya yang putih bersih.

Sekelebatan bau harum tubuh Rani terasa oleh penciuman Ryan yang makin mabuk kepayang melihat gadis cantik dan seksi tapi mungil itu disebelahnya.

“Aduh pak, koq Rani rada gerah ini yah!” tiba-tiba Rani berkata demikian padahal itu ruangan berAC dan sejuk. Rani terus melayangkan triknya untuk menggoda sang dosen menawan yang jadi idolanya itu.

Ryan menelan salivanya melihat Rani mengipas-ngipas bagian depan bajunya.

Tanpa diminta Rani membuka dua kancing lagi di bajunya sehingga dada putih dan tonjolan montok itu makin terpampang di mata Ryan.

Rudal Ryan langsung mengeras melihat pemandangan indah itu. Ditambah lagi Rani melipat satu kakinya sehinga paha putihnya makin terlihat.

Ryan pura-pura masih menatap kembali laptopnya untuk sedikit mengetik sesuatu padahal itu untuk mengatasi kegugupannya melihat agresifnya mahasiswi cantik satu ini. Tak lama kemudian laptop sudah ia matikan dan dilipat diimasukan ke tas kerjRani.

“Ehmmmm....kita makan yuk!’ ajak Ryan

“Oiya pak pas banget nih Rani juga sudah mulai lapar hehe...!” seru Rani

Ryan segera beranjak dari duduknya dan memanggil waitress untuk memesan makanan dan minuman. Sekitar 10 menit kemudian makanan dan minuman yang dipesan sudah tersaji.

“Ayo kita makan, sudah lapar sekali perutku ini!’ kata Ryan

Tiba-tiba Rani mengambil gelas minuman dan diberikannya itu ke Ryan seolah posisi menyuapi sang dosen.

“Bapak pasti haus tadi setelah sejam lebih berikan penjelasan ke Rani!” kata Rani sambil menyodorkan gelas minuman ke sang dosen.

Ryan dengan sigap menerima perlakukan mahasiswi cantiknya itu dengan senang hati. Tak lupa Rani langsung mengambil Tissue untuk mengelap tetesan air disekitar mulut Ryan.

Ryan sangat tersanjung diperlukan seperti itu oleh Rani.

“Aihhhh...menarik sekali gadis ini!” seru Ryan dalam hati.

“Ayo Rani segera dimakan !” ajak Ryan

“Okehhh bapake yang gantenggg....!’ kata Rani sambil tersenyum genit

“Wow...agresif sekali gadis ini,” seru Ryan dalam hati

“Tunggu saja sampe aku melumatmu nak!’ cetus Ryan lagi dalam hati

Kemudian mereka pun makan bersama dengan lahap sambil Ryan menanyakan kabar ibunya Rani dan Rani pun akhirnya bercerita terkait kondisi ibunya yang memang sedang butuh pengobatan di Bandung dan itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Juga butuh waktu dan perhatian dari anak-anaknya.

Tanpa terasa sambil makan dan saat menceritakan kondisi ibunya Rani terlihat mulai berkaca-kaca dan meneteslah air matanya karena sedih.

Ryan dengan sigap segera ambil tissue dan mengelap air mata Rani

“Sudah-sudahhh...nanti makannya jadi kurang selera. Fokus saja ke makanmu Rani. Ibumu akan segera pulih koq. Jangan Khawatir, saya akan sedikit bantu pembiayaan pengobatan ibumu nanti!” Kata Ryan menghibur

“Haahhhhh....Pak Ryan beneran mo bantu kami?” Rani terkejut mendengar penuturan dosen gantengnya itu.

“Ya saya serius akan bantu, nanti kamu cukup kirim nomor rekening dan nama bank mu yah, biar segera saya transfer sejumlah yang kamu minta!” tegas Ryan

Tiba-tiba Rani mencium pipi sang dosen.

“Cupppp...mmmuachhh! makasih Pakkk!” mata Rani berbinar-binar tanda ia bahagia sekali seperti dapat durian runtuh siang itu.

“Bapak baik banget sudah bantu-bantu di tugas kuliah saya sekarang malah mo bantu ibu kami,” kata Rani lagi sambil mencium tangan Ryan

“Ayo habiskan dulu makananmu yah!” perintah Ryan

“Iya pakkk gantenggg!’ cetus Rani sambil melanjutkan makannya.

Setengah jam kemudian makanan dan minuman sudah mereka santap habis tak tersisa.

“Kalo gitu Rani pulang dulu ke kost an Rani ya Pakkk!” Rani ijin mo pulang

“Saya anter yahhhh!” kata Ryan menawarkan bantuan tumpangan mobil untuk Rani.

“Wahhhh....boleh pakkk...sambil bapak tau nanti lokasi kos saya!’ Rani kegirangan

Sejurus kemudian setelah membayar di cafe itu Ryan memacu mobilnya mengantar Rani sampe ke Kost-annya.

Ternyata Kost-an tempat Rani tinggal cukup luas dan besar-besar rumahnya dan nampaknya Rani menyewa satu kamar yang agak besar yang letaknya di bagian belakang di lantai dua gedung kost an yang cukup megah itu.

Siang itu sekitar pukul 14.30 kost-an nampak sepi karena rata-rata banyak yang sedang keluar rumah ada yang kuliah dan ada yang masih bekerja.

Segera saja setelah memarkir mobilnya. Ryan dia ajak Rani menuju lantai dua di bagian belakang untuk memperlihatkan kamar kost nya itu.

“Taraaa.....inilah kamar Rani pak!” sambil membuka pintu memanerkan kamar apiknya itu.

Aroma wangi dan nampak bersih menghiasi suasana kamar Rani. Juga ada ranjang agak lebar meski Rani sendirian di kamar itu. Kamar mandi ada di bagian pojok kamar yang ternyata juga ada fasilitas shower dan Bathubnya.

“Bagus sekali kamarmu Rani! Seru Ryan kagum

“Mayan pak, saya dapat kamar yang ini!’ tegas Rani. Kamar sebelah kebetulan orang sedang pulang kampung. Sehigga semakin terasa sepi itu lingkungan koas an Rani.

“Pak Ryan duduk dulu yah. gak buru—buru pulang kan ya pak?” tanya Rani

Sambil melongok-longok ruangan kamar, Ryan berkata, “Ya saya boleh ngaso sebentar disini yah!’ cetus Ryan

“Bapak keringetan tuhhhh....sini saya lap yah,’ Rani segera mengelap keringat di pipi Ryan.

“Makasih cantikkkk!’ kata Ryan tersenyum

“Pak...Rani mo mandi dulu yah. Bapak tunggu aja dulu sebentar disini!” pinta Rani

“Ya gpp kamu mandi saja dulu nanti kalo sudah mandi kan lebih segar dan bisa segera Istirahat,” kata Ryan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel