Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6

Malam ini geng motor King Speed Motor meraih kemenangan dalam balapan liar yang di adakan secara mendadak.

Mereka kembali ke base camp untuk merayakan kemenangan mereka. Ada puluhan motor yang terparkir di depan base camp.

Tidak hanya uang, minuman keras saja yang di dapat. Tiga wanita untuk menemani seluruh anak geng motor itu sudah siap menjadi tumbal pelampiasan untuk kenikmatan surga dunia.

Cyeril berada di dalam kamar base camp itu. Base campnya merupakan sebuah gedung tua yang sudah tak terpakai dengan tumbuhan liar yang menutupi gedung itu sehingga tidak banyak yang tahu perihalkeberadaan gedung tua itu yang sudah di alih fungsikan menjadi sebuah base camp yang sering di pakai maksiat.

"Bos ... Cewe nih," ucap Egi yang sudah mulai mabuk karena meminum minuman keras terlalu banyak.

Dzoki hanya tertawa dan meminum minuman di dalam botol itu sedikit demi sedikit. Ia berusaha untuk tidak mabuk dan tetap sadar. Bermain wanita yang sudah di gilir banyak laki -laki bukan hobby Dzoki. Dzoki hanya suka balapan motor bukan perkara hadiahnya.

Pandangannya sudah mengedar melihat beberapa anggota geng motornya yang sudah mulai tak sadar. Satu wanita bisa di gilir sepuluh laki -laki. Ada yang mulai meraba -raba, mencium dan membuka pakaian para gadis pemuas nafsu mereka.

"Loe yakin gak mau nyicipin?" tanya Egi pelan dan memberikan satu gelas minuman untuk Dzoki.

"Gak. Gue capek. Ini apa?" tanya Dzoki menatap gelas bening berisi minuman merah seperti amer.

"Biasa Ini kesukaan loe. Gue yakin loe suka banget sama minuman ini. Ini khusus buat loe yang udh menangisn pertandingan malam inni," ucap Egi yang sudah memesan wanita malam lainnya. Egi tidak suka berbagi. Ia lebih suka mencari wanita malam yang bisa memuaskan hasratnya berkali -kali.

Dzoki mengambil minuman itu tanpa pikir panjang. Ia menegak minuman itu dan benar saa, itu minuman kesukaannya. Merek termahal yang sulit di cari di kota ini.

"Enak kan?" tanya Egi pelan dengan senyum penuh arti.

"Loe beli dimana?" tanya Dzoki pelan sambil meletakkan gelas itu di atas meja.

"Ada deh. Udah lah gue gak tahan ini, dari tadi adek gue tegak mulu, mumpung ada Safira, gue mau ena -ena dulu," ucap Egi yang menciumi leher mulus Safira di sebelahnya.

Suasana base camp itu sudah tak karuan. Hal seperti ini sudah sangat biasa di lihat oleh Dzoki. Satu wanita di rebahkan di meja dan di gilir begitu saja dengan teriakan dan desahan yang menggema di seluruh ruangan itu.

tapi, tak sedikit pun membuat Dzoki berkeinginan untuk mencicipinya. Dzoki masih perjaka. Ia sering berhubungan dengan dunia malam, tapi tak sedikit pun ia melakukan zina untuk melampiaskan syahwatnya.

Dzoki sengaja meninggalkan Cyeril di kamar sendirian. Kunci kamar itu juga ia bawa. Ia tetap harus menjaga Cyeril agar tidak terjerat dunianya.

Sepuluh menit kemudian, Dzoki merasakan tubuhnya panas dan ada rasa ingin melampiaskan hasratnya begitu tinggi. Antara sadar dan tidak sadar, tapi Dzoki menyadari perubahan suhu di tubuhnya.

"Gue kenapa ini? rasanya kok tegang begini, dan ...." napas Dzoki memburu. Wajahnya memerah menahan keinginnanya.

Dzoki berlari ke kamar dan masuk ke dalam lalu mengunci kembali lalu berlari ke dalam kamar mandi.

Cyeril membuka matanya dan melihat Dzoki yang begitu cepat masuk ke dalam kamar mandi. Ia mendengar napas Dzoki yang terengah -engah, takut ada apa -apa dengan lelaki itu. Cyeril pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi.

Kebetulan kamar mandi itu tak di tutup oleh Dzoki. Ia sudah berada di bawa guyuran air shower berharap apa yang ia rasakan itu segera hilang sebelum terjadi hal -hal yang di inginkan nantinya.

Dzoki bersandar di dinding dan memejamkan kedua matanya. Pakaiannya sudah basah, tubuhnya yang kekar dan gagah serta berotot jelas terlihat di balik pakaian tipis yang basah itu.

"Ki? Kamu gak apa- apa?" tanya Cyeril lembut.

Cyeril sudah sempat memejamkan matanya. Mungkin ada tiga jam ia di tinggal di kamar itu sendirian.

Dzoki membuka matanya. Ia menatap Cyeril yang sangat cantik dan seksi berada di depannya. Hasratnya mulai naik kembali, sejak tadi adiknya tak mau tidur malah terus terbangun dan tegak lurus menunggu pelampiasan.

"Kamu kenapa? Wajahmu merah dan napasmu memburu? Kamu mabuk?" tanya Cyeril pelan.

Cyeril masuk ke dalam dan mengambil handuk. Ia bergegas mematikan shower dan mengahndddduddki kepala Dzoki yang sedang menahan sesuatu.

"Pergi Ril. jangan beradda di depan gue. Gue gak mabuk, gue cuma gak bisa nahan aja," ucap Dzoki lirih.

Rasanya tidak enak menahan ini semua.

"Kamu kenapa? Nahan apa? Ada yang sakit?" tanya Cyeril makin peasaran.

"Pergi!! Pergi kata gue!!" teriak Dzoki keras dan lantang membentak Cyeril.

"Oke!! Aku pergi," jawab Cyeril ketus.

Cyeril memakai sepatunya dan membuka anak kunci untuk pergi dari gedung itu. Saat ia membuka pintu itu, ia melihat semua perbuatan zina teman -temannya.

"Gila." batin Cyeril kesal. Bau alkhohol menyeruak di seluruh ruangan gedung itu. Teriakan kenikmatan ia dengar di empat titik. Mereka tak peduli lagi sudah polos. Tidak ada rasa malu lagi, karena memang sudah berada di bawah alam sadar. Mereka hanya tahu, mereka ingin melakukan itu dan mengeluarakn hasratnya dan tertidur di lantai karena puas dan lega.

"Wehhh ... Cewek baru nih," teriak salah satu orang yang tidak sengaja menatap Cyeril keluar dari kamar itu dan berjalan menghampiri Cyeril. Lleaki itu sudah tak memakai baju, tubuhnya sudah benar -benar polos dengan satu botol alkhohol di tangannya sesekali i tenggak tanpa ada ras sakit di tenggorokannya.

Deg ...

Janting Cyeril berdegup dengan keras. Bukan hanya satu ada tida lelaki yang ingin menyergapnya dan ....

Bruk ...

Ceklek ...

Cyeril di tarik masuk kembali ke dalam kamar dan pintu itu segera di tutup da di kunci kembali oleh Dzoki.

Tubuh mungil Cyeril berada dalam pelukan Dzoki yang basah. Bau Cyeril pun ikut basah. Peluak itu begitu erat, karena Dzoki berusaha menarik agar Cyeril tidak terjatuh.

"Kenapa harus keluar? Di luar tak aman. Mereka semua tak sadar karena mabuk. Anak motor semua begitu, bisa habis tubuhmu di gilir oleh mereka," ucap Dzoki memperingati pelan.

Wajah mereka sangat dekat. Bau alkhohol dari mulut Dzoki membuat Cyeril terdiam. Ia juga takut, Dzoki berada dalam pengaruh alkhohol.

"Kamu yang suruh aku untuk pergi kan? Makanya aku pergi," cicit Cyeril tapa berdosa.

tangan Cyeril masih berpegangan pada pundak Dzoki. Tubuhnya terhimpit ke dinding. Adik kecil Dzoki yang sejak tadi menegang pun terasa di paha Cyeril dan membuat gadis itu merinding.

Napas Dzoki memburu, dan menunduk menahan rasa itu. Ini sakit seklai, dan tak mungkin bisa di tahan lagi. Dzoki mengepalkan tangannya dan menggigit bibir bawahnya lalu memukul ke tembok berkali -kali.

"Kamu kenapa? Bicara padaku, Dzoki," tanya Cyeril dnegan suara lirih.

kasihan juga sejak tadi melihat Dzoki seperti ini.

"Gue di jebak Ril. Minuman gue di kasih obat," ucap Dzoki kesal ia terus memukul -mukul tangannya ke tembok.

"Narkoba?" tanya Cyeril polos.

"Obat kuat Ril. Mereka pikir loe sama kayak cewe yang di depan. Mereka penegn gue maksiat juga. Tapi ... gue gak bisa. Sama loe aja gue gak bisa," ucap Dzoki menahan rasa hasratnya yang memburu.

Dzoki hanya memeluk Cyeril, ia berharap dengan begitu hasratnya sedikit hilang.

tapi, pada dasarnya Dzoki bukan lelaki seperti itu, ia melepaskan kembali tubuh Cyeril.

"Aku bantu Ki. Aku harus gimana?" tanya Cyeril pelan.

Kepala Dzoki mendongak menatap kedua mata Cyeril yang juga sedang menatapnya sendu.

"Jangan Ril. Gue gak mau ngerusak loe," ucap Dzoki pelan.

"Dari pada kamu begini. Aku gak tega lihatnya juga," ucap Cyeril lirih.

Dzoki menatap Cyeril yang menganggukkan kepalanya pelan.

"Ayo Ki. Gak apa -apa. Mau sampai kapan lo

kamu nahan begini, yang ada kamu lemas nantinya," ucap Cyeril pelan.

"Gue gak mau ngerusak loe, Ril," ucap Dzoki ingin menangis.

Baru kali ini Cyeril melihat Dzoki seperti ini. Di balik sisi galak dan garang dengan kekuatan powernya, ternyata Dzoki juga punya sisi kelemahan. Ia benar -bnar tidak mau melakukan dosa zina.

"Kalau aku hamil, kamu mau tanggung jawab?" tanay Cyeril yang juga ragu.

"Jangan Ril. Gue gak mau. Gue gak pernah suka sama loe. Loe thau kan, cinta gue cuma sama Tasya. Padahal loe sana tasya ternyata lebih cantik loe," ucap Dzoki memuji kecantikan tersembunyi Cyeril.

Keduanya terdiam. Tubuh Cyeril masih dalam pelukan tubuh basah Dzoki.

"Arghhh ...." teriak Dzoki semakin keras. Jantungnya berdetak keras dan sangat cepat. Napasnya makin memburu dan ia semakin tak kuasa menagahn hasratnya.

"Lakukan Dzoki. Aku gak mau lihat kamu begini," ucap Cyeril keras.

"Gue gak bisa Ril," ucap Dzoki keras.

Dengan cepa Cyeril mencium bibir Dzoki dan melumat bibir itu dnegan lembut. Sekali pun Cyeril tak pernah melakukan ciuman, ia hanya pernah melihat di televisi bagaiaman caranya berciuman dan saat ini ia praketkkan dan ia ikuti naluri hatinya.

Dzoki menatap Cyeril yang menciumnya dnegan kedua mata terpejam. Perlahan Dzoki mulai terbawa suasana. Hasratnya masih memburu dan terus memuncak hingga Dzoki mengikuti apa yang sejak tadi ingin di lakukkanya.

Dzoki mulai kalap melampiaskan hasratnya. Ia menciumi leher Cyeril denagn rakus. Beberapa tanda merah itu jelas ia buat tanpa sadar.

Tubuh Cyeril langsung di angkat dan di rebahkan di atas kasur. Cyeril terdiam. Ia tahu, apa yang di lakukan Dzoki ini juga di bawah alam sadarnya.

Dengan cepat Dzoki membuka pakaian Cyeril hingga tubuh mulus Cyeril terpampang jelas di depan matanya, begitu pun dnegan Dzoki yang sudah siap dengan stik billiard yang sejak tadi gerah ingin sekali di mainkan.

"Maafin gue, Ril. Maafin gue," ucap Dzoki berkali -kali. Dzoki sadar dnegan apa yang di perbuatnyatapi obat perangsang kuat itu lebih kuat menguasai dirinya di bandingkan iman yang tak pernah runtuh itu. Malam ini smeuanya hilang hilang. Keperawanan Cyeril dan keperjakaan Dzoki.

Permainna yang tidak lama dan tidak tahu harus bagaiaman. Dzoki hanya mengikuti nalurinya saja ingin memainka stik billiard dan memasukkan satu bola hingga gol dan semua terpecahkan.

Cyerl menggigit bibirnya ia menahan sakit dan perih di area vital dn selangkangannya. Dzoki begitu kuat. Mungkin memang efek obat perangsang itu begitu luar biasa.

"Sakit?" tanya Dzoki pelan saat ia sudah menggapai klimaknya. Ada perasaan lega dan tidak separah tai menahan sesuatu yang bergejolak hingga dadanya terasa sakit.

Cyeril hanya mengngguk pasrah. Memang skait luar biasa.

"Maafin aku," ucap Dzoki lembut.

Dzoki menatap Cyeril dan mengusap lembut pipi Cyeril dan mencium bibir Cyeril kembali.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel