Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Misi Pertama

Ingatan yang sempat terkubur tiba-tiba terlintas begitu saja. Liora mengingat kembali sosok wanita misterius yang dia temui di ruang hampa, wanita berpenampilan kacau dengan gaun compang-camping dan penuh bercak darah.

Entah semua itu nyata atau delusi, Liora seolah-olah tidak dapat lagi membedakan batas rasionalitas dalam dirinya sendiri. Dia terus berusaha menelaah semua yang terjadi. Ok, mari kita coba urutkan satu persatu peristiwa di luar nalar tersebut!

Pertama, semua kegilaan itu bermula saat Liora berada di dalam mobil Cadillac Escalade hitam miliknya sebelum melihat truk dengan kecepatan tinggi yang melesat ke arahnya hingga tabrakan hebat pun tidak dapat dihindari. Dirinya mengalami kecelakaan yang tragis dan mengerikan.

Anehnya, dia tidak terbangun di rumah sakit ataupun kuburan, melainkan di zaman Eropa abad pertengahan. Lebih sialnya lagi, dia malah merasuki raga pemeran antagonis dalam film dewasa bergenre fantasi romantis yang terakhir dia bintangi, Cannaria Swan.

Canna adalah putri tunggal dari seorang bangsawan tersohor yang menjabat sebagai Perdana Menteri Kekaisaran, Duke William Shancez, dan istrinya bernama Ducess Diana Shancez. Mereka berdua adalah figur orangtua yang sangat menyayangi dan selalu mengabulkan apapun keinginan putri semata wayang mereka.

Berkat itu, Canna menjadi pribadi yang sedikit angkuh dan semena-mena. Dia bahkan selalu menindas karakter utama wanita dalam cerita, Ellie Phillies, sehingga menjadikannya sosok antagonis yang sempurna. Mereka menjulukinya sebagai ‘Wanita Iblis’ yang layak untuk dibenci.

Dan kini, ingatan terakhir Liora berhenti pada sosok wanita misterius yang dia temui di ruang hampa. Apakah wanita itu adalah jelmaan Cannaria 'asli' yang ingin menyampaikan sesuatu kepadanya?

Dalam cerita, Canna terjebak dalam konspirasi pembunuhan calon Putri Mahkota yang mana protagonis wanita, Ellie Phillies, meskipun faktanya dia masih hidup dan memiliki akhir bahagia bersama protagonis pria.

"Saat itu, dia mengatakan apa, ya?" Liora mengerutkan kening sambil menggigit ujung kuku, berusaha mengingat kata-kata yang dia dengar sebelum jatuh ke dunia ini. Ingatannya terasa buram dan dia berusaha keras untuk memperjelasnya.

"Ah ...." Liora tersentak sembari menjentikkan jari bersamaan dengan bola matanya yang berbinar, "yang harus kamu lakukan adalah menjaga keluargaku dan membiarkanku tetap hidup."

Dia mendapatkan kembali ingatannya dan meyakini jika pesan itu yang dikatakan Canna 'yang asli' padanya, seolah-olah itu adalah permohonan dan harapan terakhirnya.

"Ya! Tidak salah lagi. Dia berpesan untuk melindungi keluarganya dan membiarkannya tetap hidup," ujarnya yakin dan kembali berpikir, "mungkinkah dia akan membantuku kembali ke dunia asalku jika aku bisa mengabulkan keinginannya? Lalu, jika aku sudah kembali ke duniaku, apakah dia juga akan kembali menempati tubuhnya lagi?"

Pikiran Liora dipenuhi absurditas. Sejak awal dirinya masuk ke tubuh Cannaria pun sudah rumit dan sangat tidak masuk akal.

Buru-buru Liora berjalan menuju meja kayu mahoni sebelum menghempaskan bokong dan duduk tegak. Dia kemudian mengambil pena dan membasahinya dengan tinta, bersiap menorehkan sesuatu pada buku tua yang dia temukan.

Jika ingin menghindari akhir buruk seperti takdir yang didapatkan oleh pemeran antagonis Cannaria Swan, maka yang harus aku lakukan adalah, melakukan hal kebalikan.

Artinya:

Jika Canna begitu mencintai sang protagonis pria … maka aku justru harus membenci protagonis pria.

Jika Canna ingin mencelakai protagonis wanita … maka aku justru harus melindungi protagonis wanita.

Jika Canna berusaha keras memisahkan kedua protagonis itu … maka aku justru harus membantu menyatukan mereka.

"Yaps! Dengan begitu, takdir buruk yang sudah digariskan pada Cannaria akan berubah menjadi kebalikan, yaitu takdir baik." Liora berbinar cerah setelah menuliskan formula kehidupan yang dia simpulkan di buku catatan.

Menatap lekat buku catatan di tangannya, Liora tersenyum, "Jika rencana ini berhasil, maka aku juga bisa melindungi keluarga Cannaria yang di dalam cerita ikut dihukum kerena kejahatan putri mereka.”

Tiba-tiba, Liora beranjak berdiri lalu berjalan mondar-mandir sambil menggigit ujung jarinya lagi. Dia memang memiliki kebiasaan onychophagia jika sedang berpikir, cemas, menunggu, bahkan stres.

“Hm, karena sebelumnya aku adalah aktris yang berperan sebagai Cannaria Swan, aku jadi mendalami peran dan membaca isi cerita dalam skenario yang diberikan padaku. Berkat itu, sedikit banyak aku bisa mengingat bagaimana alur ceritanya.”

Bloody Rose, kisah yang menceritakan tentang seorang karakter utama pria bernama Ellios Demente de Dias yang dikenal sebagai tirani kejam berdarah dingin sekaligus Putra Mahkota yang haus akan darah.

Ellios adalah penyihir jenius yang tidak bisa diikuti oleh penyihir lain di benua. Tidak mungkin bisa menggambarkan jumlah mana yang dia miliki—buff yang memang diberikan kepada sang tokoh utama pria.

Dia membunuh para musuhnya dengan kejam. Para wanita dan anak-anak diperlakukan tanpa belas kasih. Semua yang mengganggunya diperlakukan dengan brutal.

Selama menjadi Pangeran, aroma darah terus tercium dan pedangnya tidak pernah berhenti mengucurkan darah segar. Hingga akhirnya, para penduduk menyematkan julukan kepadanya 'sang Pangeran Neraka'.

Di satu sisi, tidak banyak yang tahu jika dia memiliki sebuah kelemahan. Kutukan. Ya, dia memiliki kutukan akan sentuhan wanita. Siapapun wanita yang menyentuhnya, maka sihir api miliknya akan melalap sekujur tubuhnya sendiri bagai senjata makan tuan. Hingga akhirnya, kutukan itu akan dipatahkan oleh sang karakter utama wanita, Ellie Phillies.

"Baiklah, mari kita ubah alur ceritanya. Mulai detik ini, lupakan nama Liora Belladona dan panggil aku sebagai Canna!" putusnya dengan wajah optimis dilengkapi sebelah tangan mengepal.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk disusul dengan deritan pintu. Emma berjalan masuk hingga membuat Liora menurunkan kembali tangannya yang mengepal bagaikan seorang patriot proklamator.

“Lady, saya membawakan beberapa camilan dan cokelat hangat untuk Anda.”

Canna mengangguk dan tersenyum. Iya, mulai detik ini kita akan memanggilnya sebagai Canna dan melupakan nama Liora. Dia sendiri yang memintanya.

Mengambil cangkir yang disajikan, Canna menyesap cokelat hangat yang masih terapung marshmallow di atasnya. Manisan kenyal itu terasa lembut saat meleleh di mulutnya, "Rasanya lezat. Terima kasih, Emma."

Emma berkaca-kaca dan menutupi mulutnya yang menganga.

"Ada apa?" Canna mengerutkan kening saat dengan ringan meletakkan cangkirnya.

"Ini adalah pertama kalinya Anda mengatakan terima kasih pada saya, Lady. Saya sangat terharu karena Anda begitu manis, sangat manis." Mata Emma masih berkaca-kaca dengan tatapan memuja.

Meskipun etiket bangsawan tidak mengharuskan seorang bangsawan untuk mengucapkan kata-kata sederhana tapi bermakna seperti 'terima kasih' kepada orang dengan status di bawahnya, tetapi kepribadian Cannaria 'yang asli' memang wanita yang dingin dan angkuh. Dia tidak mungkin bersikap manis di hadapan siapa pun.

Emma yang merupakan dayang pribadinya tentu saja terkejut saat melihat momen langka tersebut. Dia sampai tidak bisa berhenti menatap Canna dengan wajah bersemu merah.

"... Emma." Canna sedikit terbebani saat terus dipandangi.

“Ya, Lady?” Emma tersenyum lebar.

“Omong-omong, berapa umurku saat ini?”

“U-umur Anda?”

“Ya, aku kan sedang hilang ingatan.”

“Oh, benar juga. Saat ini Anda berumur sembilan belas tahun, Lady. Pesta kedewasaan Anda sudah selesai dilakukan, tetapi Anda masih harus memasuki akademi.”

Canna terdiam beberapa saat.

'Bagus! Itu tandanya aku sama sekali belum pernah bertemu dengan karakter utama pria karena ceritanya baru dimulai saat Cannaria berusia dua puluh tahun. Jadi, aku masih memiliki kesempatan sekitar satu tahun untuk mengubah alurnya,' batinnya dengan bibir yang tanpa sadar melengkung.

“Apa yang Anda pikirkan dengan senyuman aneh itu, Lady?” Emma mendadak takut.

Canna mengubah ekspresinya pada mode elegan. Dia adalah aktris. Tidak sulit baginya untuk bersandiwara. “Tidak ada. Apa kamu bisa melakukan sesuatu untukku, Emma? Ada hal penting yang harus kulakukan.”

“Tentu saya akan melakukan apa saja untuk Anda, Lady. Saya adalah pelayan Anda yang setia. Tapi, hal penting apa itu?" Entah mengapa, Emma memiliki firasat buruk.

"Hal penting untuk mengubah nasib. Aku ingin berburu."

"Oh, berburu ...." Terdengar kelegaan di suara Emma. "Baiklah, saya akan menemani Anda dan memanggil ksatria pengawal untuk melindungi Anda," imbuhnya dengan ceria, "Omong-omong hewan apa yang ingin Anda buru, Lady? Daging rusa liar pasti sangat lezat jika dibuat sup, hihihi." Emma tertawa kering.

"Bukan. Aku tidak ingin berburu hewan."

Emma mengerutkan kening, "L-lalu?"

"Berburu ... pria tampan."

“Maaf?" Emma tidak yakin dengan pendengarannya.

"Kamu pasti sudah mendengarnya."

"Berburu pria tampan Anda bilang?" beo Emma memastikan kembali yang dia dengar. Dia justru berharap kalau gendang telinganya bermasalah.

Canna mengangguk dengan wajah datar, tetapi terlihat begitu serius.

Masih ada waktu sekitar satu tahun untuk mengubah alur cerita. Jadi, dia bertekad untuk mencari sosok pria tampan yang bisa meminjamkannya status sebagai tunangan ataupun istri setidaknya selama dua tahun.

Dengan pertunangan palsu, mungkin dia tidak akan terlibat dengan pemeran utama pria karena sudah terikat dengan tunangannya.

Dalam cerita aslinya, Canna dan protagonis wanita akan bertarung dalam calon pemilihan Putri Mahkota. Mereka berdua menjadi kandidat bersama putri bangsawan yang lain untuk memenangkan posisi sebagai Putri Mahkota.

Jika Canna sudah memiliki tunangan, maka Kaisar tidak bisa memilihnya sebagai kandidat dan Duke William tidak akan mengajukannya sebagai salah satu peserta sehingga mereka pun selamat. Dia harus melakukan apa saja untuk menjauh dari sang karakter utama pria.

Lalu saat dia sudah kembali ke dunia asalnya dan Cannaria 'yang asli' kembali menempati tubuhnya lagi, maka dia bisa membatalkan pertunangan dengan pria itu kapan saja mengingat status mereka hanyalah kontrak.

Berkat itu, dia memutuskan jika misi pertamanya adalah pertunangan kontrak.

‘You’re so fuckin gorgeous, Lady! Kamu adalah wanita paling jenius di muka bumi ini. Albert Einstein pasti akan sangat bangga kepadamu, hohoho,’ benaknya mulai memuji diri sendiri.

“Lady, berburu pria tampan apa artinya Anda ingin memelihara budak?"

"Hm? Budak?" Canna sedikit terkejut dengan kesimpulan yang didapatkan Emma. Namun, dia juga tidak bisa mengatakan kalau sedang mencari partner untuk melakukan pertunangan kontrak. Bisa-bisa Emma membocorkannya kepada Duke dan rencananya berantakan.

"Hiks." Emma tiba-tiba menangis.

"Mengapa kamu menangis?"

"Hiks." Emma tetap menangis. Sungguh, dia tidak percaya jika setelah tersadar dari krisis, Canna justru menginginkan budak laki-laki berparas tampan.

'Apakah untuk memuaskan hasratnya yang terpendam pada budak tampan itu?' benak Emma yang semakin ke mana-mana.

Salahkan Canna yang tidak berniat menjelaskan misi yang sebenarnya kepadanya. Padahal, dia sempat berpikir jika sejak terbangun dari krisis, Tuan Putri-nya itu sudah berubah menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi ternyata justru lebih buruk.

"Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" Canna dapat melihat jika Emma memikirkan sesuatu yang tidak-tidak tentangnya.

"...."

Emma menutup mulutnya rapat-rapat.

"Apapun yang sedang kamu pikirkan, itu tidak penting (karena yang terpenting adalah keselamatanku)." Buru-buru Canna menarik pergelangan tangan Emma yang masih menyisakan kesalahpahaman.

"Ayo cepat berangkat! Kita tidak punya banyak waktu."

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel