Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 : kepulangan Kanaya kealam manusia

Ketika Istana Kerajaan Laut milik Ratu Kencana Wungu tidak lagi terlihat, aku baru menyadari kini ada sebuah lapisan tipis yang menyelimuti ku dan membuat ku dapat bernafas di dalam samudra yang sangat dalam dan gelap.

Kereta Kencana memancarkan sebuah sinar yang bewarna keemasan yang membuatku mampu memandangi keindahan laut dalam sejauh mata ku memandang. Aku melihat ikan-ikan laut dalam yang tidak pernah aku lihat sebelumnya dan belum pernah terekspos oleh manusia.

Ikan-ikan tersebut terlihat memiliki gigi tajam dan tubuh yang berevolusi untuk menyesuaikan dengan suhu laut dalam lingkungan mereka hidup. Secara perlahan pemandangan ku berganti dan air lautan terlihat lebih biru dan bukan hitam pekat, aku melihat Paus dalam ukuran yang sangat besar.

Paus Bongkok tersebut seolah-olah menyapa Patih Lodaya dan juga Ratu Kencana Wungu, akan tetapi ketika para paus tersebut menatap ku, mereka seolah bertanya satu dengan yang lainnya.

“hey siapa gadis itu, aku baru melihatnya?”

“entahlah aku juga baru melihatnya, tapi dia bersama sang ratu!”

“oh mungkin dia anak Ratu!”

Sedetik kemudian paus tersebut seolah-olah menari dan menyapa ku, para Paus Bongkok itu berenang untuk menarik perhatian ku. aku yang merasa lucu dengan hal tersebut langsung tersenyum dan melambaikan tangan ku kepada para paus bongkok itu.

Setelah aku melambaikan tangan ku, para paus Bongkok itu barulah berhenti mengikuti kami. Seolah mereka puas setelah berhasil mendapatkan perhatian ku. dalam satu tarikan nafas berikutnya Kereta Kencana yang kunaiki telah menembus permukaan laut dan kini aku berada diatas permukaan laut.

“apa-apaan ini?” gumam ku terkejut sambil melihat kesekeliling ku.

Aku melihat satu batalion pasukan jin telah menunggu kami diatas permukaan laut, seolah Ratu Kencana Wungu mengerti keterkejutan diri ku, dia tersenyum sambil menutupi bibirnya dengan tangan kanannya. Kereta Kencana yang ku tumpangi berhenti diatas permukaan air laut.

“Tuan Putri, anda sekarang adalah sosok penting bagi istana bawah laut ku. oleh karena itu bala tentara pilihan ku sengaja mengawal kepulangan mu ke dunia manusia. Supaya para setan kebon yang ada di sekitar rumah tidak berani macam-macam dengan mu.” Ratu Kencana Wungu tersenyum lembut ketika dia berkata seperti itu kepada ku.

“apakah perlu Ratu Kencana Wungu, harus membawa seisi istana laut bawah untuk mengawal ku seperti ini?” tanya ku sambil tersenyum canggung.

Ratu Kencana Wungu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, “ini hanya satu batalion pasukan dibawah pimpinan Patih Lodaya dan Patih Lodaya memiliki seratus Batalion tempur dibawahnya. Karena nanti Patih Lodaya yang akan menemani Tuan Putri Kanaya setiap saat. Karena jika aku selalu berada di dekat Tuan Putri para raja-raja jin di daratan akan gempar dan berfikir aku akan merebut daerah kekuasaan mereka.”

“sat...satu batalion?” gumam ku terkejut ketika mengatakan hal tersebut.

“Satu Batalion tempur saja sudah berjumlah ribuan, seberapa banyak pasukan tempur milik Ratu? Dan apakah Patih Lodaya bersedia mengawal ku?” tanya ku penasaran sambil menatap Ratu Kencana Wungu.

Patih Lodaya yang berada di kursi depan segera membalikan badannya dan berlutut, “menjadi pelayan Tuan Putri adalah sebuah kehormatan untuk ku!”

Aku tercengang ketika mendengar perkataan dan gerak tubuh patih Lodaya, aku hanya mampu membuka tutup bibir ku tanpa mampu mengeluarkan sepatah katapun dari bibir mungil ku.

“Tuan Putri!” Ratu Kencana Wungu berseru lirih dari sebelah ku, “sebenarnya aku sangat ingin menjadi khodam pendamping mu, akan tetapi karena tugas ku adalah menjadi pelayan anak perempuan dari garis keturunan Gunawan alias raja gempar bumi jadi aku hanya bisa mengirim patih lodaya.”

Aku mengerutkan kening ku ketika mendengar perkataan Ratu Kencana Wungu, “lantas mengapa Ratu tidak melakukanya dan justru ingin menjadi khodam pendamping ku?”

“tadi aku sudah berbicara dengan Roh Raja Gempar Bumi seperti yang Tuan Putri ketahui, dia mengizinkan ku untuk membantu mu karena dirimu memiliki garis darah dari Gobang. Karena aku bukan Jin Khodam pendamping milik Gobang sehingga aku hanya bisa membantu sampai tahap tertentu.”

Ratu Kencana Wungu menjelaskan bahwa kelima jin Khodam Pendamping milik gunawan wajib membantu siapa saja manusia yang memiliki garis keturunan darah dari Gobang, ketika manusia itu mengalami musibah atau kesulitan atau bahkan ketika diganggu oleh jin lain.

“karena aku sudah mendapatkan restu dari Gunawan, maka aku pasti akan datang membunuh siapa saja manusia dan jin yang Tuan putri perintahkan kepada ku dan aku tidak akan menuntut apapun sebagai bayaran atas perbuatan yang aku lakukan. akan tetapi aku tidak bisa berada disisi mu setiap saat karena Tuan Putri bukanlah anak keturunan dari Gunawan yang bergelar Raja Gempar Bumi!” ucap Ratu Kencana Wungu memberikan penjelasan kepada ku sambil menatap lembut kepada ku.

Aku menganggukan kepala mengerti apa yang dijelaskan oleh Ratu Kencana Wungu. Walaupun Ratu Kencana Wungu tidak menjadi Khodam (Pelayan) ku. akan tetapi apapun yang aku perintahkan pasti akan dilaksanakan oleh Ratu Kencana Wungu tanpa ragu. Karena Gunawan telah memberikan titahnya kepada Ratu Kencana Wungu dan itulah alasan Ratu Kencana Wungu memanggil ku Tuan Putri, dan tidak memanggil ku sebagai tuan atau ratu layaknya Khodam pendamping yang memanggil majikannya.

“Terima Kasih Ratu Kencana Wungu, atas kebaikan mu!” Aku berkata sambil memeluk tubuh Ratu Kencana Wungu dan mengirup aroma khas tubuhnya.

Lalu aku merasakan tangan Ratu kencana wungu membelai rambut ku, “Tetaplah hidup Kanaya, ada sebuah misi besar yang menanti mu. silakan pilih takdir mu sendiri, untuk menghancurkan ketiga pria bangsat itu atau memfokuskan diri mu untuk memperbaiki ekonomi keluarga mu!”

Aku menganggukan kepala ku, kemudian Ratu Kencana Wungu seolah-olah membaca suatu matra dari bibirnya dan sang Ratu mengecup lembut kening ku, layaknya seorang ibu yang mengecup kening anak tercintanya.

“Lodaya, segera berangkat menuju rumah Tuan Putri!” ucap Ratu Kencana Wungu memberikan perintah kepada Patih Lodaya sambil tetap memeluk tubuh ku.

“Sendiko Gusti Ratu!” ucap Patih Lodaya kemudian duduk kembali sebagai kusir kereta kencana.

Kedua kuda berwarna hitam dan putih itu seolah-olah menyadari mereka akan kembali berlari, menjadi sangat senang dan gembira.

Ketika Patih Lodaya mengentakan kekangnya, kedua kuda itu kembali berlari dan satu batalion tempur yang ada di belakang kereta kencana mengikuti laju kereta kencana dengan menaiki kuda tempur mereka masing-masing.

Aku merasakan semilir angin yang menerpa ku ketika Kereta kencana mulai berlari dan secara perlahan mulai terbang keangkasa. Dibawah langit malam yang diterangi dengan bulan purnama dan gemerlap bintang yang menggantung.

Aku melihat semacam jejak berwarna biru yang tertinggal dibelakang dari jalur yang dilewati oleh Kereta Kencana. Aku bangun dari posisi duduk, aku berdiri sambil memejamkan mata ku dan merentangkan kedua tangan ku kesamping.

Aku merasakan desir angin membelai wajah ku dan membuat rambut panjang ku berkibar kebelakang, ketika aku membuka mata ku, aku melihat Ratu Kencana Wungu sedang tertawa kecil melihat tingkah ku.

Aku hanya mampu tersenyum canggung ketika melihat Ratu Kencana Wungu tertawa karena tingkah konyol ku. kemudian aku melirik kesekitar Kereta Kencana, ketika aku memejamkan mata aku masih melihat lautan berada dibawah ku. akan tetapi saat ini yang aku lihat adalah sebuah pemandangan yang familiar, yaitu desa tempat rumah ku berada.

“bagaimana mungkin, aku hanya memejamkan mata ku untuk beberapa detik. Tapi sekarang aku sudah berada di dekat rumah ku!” gumam ku di dalam hati.

Sekelebatan aku melihat sesuatu yang berlarian menjauh ketika Kereta kencana kami mulai turun dari angkasa.

“apa itu?” tanya ku penasaran kepada Ratu Kencana Wungu ketika aku melihat kelebatan yang berwarna putih, hitam atau merah pergi menjauh.

“Hanya Jin tanpa tuan dan daerah kekuasaan, mereka adalah jin yang sering manusia sebut dengan pocong, genderuwo dan kuntilanak.” Ucap Ratu Kencana Wungu santai sambil tersenyum kepada ku.

Aku menganggukan kepala ku, karena aku tidak melihat wajah mereka jadi aku tidak terlalu takut. lalu beberapa saat kemudian aku baru sadar.

“aku sekarang bisa melihat makhluk gaib?” gumam ku pelan sambil menengok kearah ratu kencana wungu yang dijawab oleh ratu kencana wungu dengan senyuman tipis diwajahnya.

“Tuan Putri, ada perbedaan waktu antara dunia manusia dan dunia jin. Kemungkinan Tuan Putri sudah menghilang dari dunia manusia selama lima sampai tujuh hari.” Gumam Ratu Kencana Wungu memberitahukan informasi tersebut kepada ku.

“Aaaa....apa lima sampai tujuh hari aku telah menghilang? Padahal aku hanya berada di istana laut dalam tidak sampai satu hari!” jawab Ku terkejut sambil menyipitkan mata ku meminta penjelasan kepada Ratu Kencana Wungu.

“terdapat perbedaan waktu antara alam manusia dengan alam jin. Terkadang waktu dialam manusia lebih cepat dari waktu di alam jin, akan tetapi sebaliknya terkadang waktu dialam jin lebih cepat daripada waktu dialam manusia.” Ratu Kencana Wungu menjelaskan kepada ku.

“aneh kenapa waktunya tidak konsisten?” timpal ku sambil menatap Ratu Kencana Wungu.

“masalah itu akupun tidak mengerti, Gunawan biasanya selalu mengatakan hal yang tidak bisa dijabarkan dengan cara, hanya allah yang mengetahui segala rahasia yang ada di bumi dan di langit.” Jawab Ratu Kencana Wungu sambil membelai rambut ku.

Aku menganggukan kepala ku dan hanya bisa pasrah dengan jawaban yang ku dapatkan.

“Ratu dan Tuan Putri kita telah sampai!” ucap Patih Lodaya.

Ucapan Patih Lodaya memecahkan lamunan ku. kini Kereta Kencana telah berhenti sempurna di dekat halaman rumah ku bersama satu batalion tempur yang ada di belakang Kereta Kencana. Para Jin tersebut berdiri dengan sangat gagah diatas kuda perang mereka sambil memperhatikan keadaan sekitar.

Aku tersenyum gembira ketika melihat rumah ku saat ini ada di hadapan ku, akan tetapi senyuman ku segera menghilang ketika melihat raut kesedihan di wajah Ayah ku dan juga adik ku Pandu terlihat jelas.

Mereka berdua mengenakan sarung dan baju kokoh, terlihat sedang mengaji bersama bapak-bapak sekitar rumah ku sambil memegang surat yasin.

“apa yang terjadi, mengapa di rumah ku ramai sekali! Seperti sedang melakukan tahlil untuk anggota keluarga yang baru saja meninggal.” Gumam ku lirih.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel