Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

06 | Ciuman Kecil

RISA mulai tidak tahan melihat Alva berada di kamar kos-kosannya. Dia yang semula duduk di atas karpet kini menoleh ke arah Alva yang sedang rebahan di atas ranjang singlenya tanpa beban.

"Jadi, kapan lo mau pulang dari sini? Gue nggak apa-apa, tugas lo di sini udah selesai juga. Lo tinggal lapor sama sepupu lo, kalau gue baik-baik aja. Gue juga udah balas pesan dia, jadi dia nggak perlu terlalu khawatir lagi soal gue, kan?"

Risa memulai pembicaraan setelah mereka terdiam sangat lama. Risa sejak tadi memilih membaca novel yang dibelinya minggu lalu daripada bicara dengan Alva. Sedangkan Alva lebih memilih tiduran dengan mata terpejam, walaupun begitu, Risa tahu Alva tidak sedang tidur sekarang.

"Kenapa? Lo nggak suka gue ada di sini?" Alva membuka mata dan mengerling ke arah perempuan yang tak memalingkan tatapan dari novel di tangannya.

"Nggak," jawab Risa pendek.

"Why?"

"Menuh-menuhin kamar, merusak pemandangan, bikin mata gue sepet doang!"

"Oh, gitu?"

Alva bangkit dari tidurannya dan mulai berjalan mendekati Risa. Risa sontak saja berhenti membaca saat mendengar derap langkah mendekatinya. Perempuan itu mendongak, langsung menatap Alva yang tengah memandangnya tajam dengan ekspresi datar yang tampak menakutkan.

"Lo mau ngapain?" tanya Risa yang tanpa sadar menarik tubuhnya untuk menjauhi Alva yang kini turut duduk di sampingnya.

"Sepertinya, gue perlu buka baju biar mata lo nggak sepet lagi," sahut Alva yang kini menarik ke atas kaus yang dikenakannya.

Mata Risa langsung melotot tajam. "Apa-apaan, sih, lo? Pakai lagi baju lo, terus cepet pergi dari sini!"

Alva tak menjawab. Dia melempar kausnya ke sembarang arah dan semakin mendekatkan tubuhnya Risa. Tatapannya yang tajam terlihat tenang dan menghanyutkan.

Risa menelan ludahnya susah payah melihat tatapan yang dilayangkan Alva padanya. Tatapannya terlihat serius, mengintimidasi, dan menakutkan sekali. Dia memejamkan matanya tepat sebelum bibir laki-laki itu menempel di bibirnya.

Alva melumat bibir bawah dan atas Risa bergantian, lalu mulai memberikan gigit-gigitan ringan. Ciuman pelan yang berharap mendapat sambutan, tapi Risa tetap kukuh untuk menutup mulutnya.

Alva menggeram, karena Risa tak kunjung membuka bibir untuk membalas ciumannya. Pria itu menarik diri, melepaskan Risa sejenak, kemudian berkata, "Buka bibir lo dan balas ciuman gue. Lo udah setuju buat jadi partner seks gue sebelum ini, kan? Kenapa lo nggak mau balas ciuman dari gue, hm?"

Risa kembali membuka matanya sambil menelan ludah dengan susah payah. Dia sudah setuju untuk menjadi partner seks pria itu sebelumnya, karena Alva- yang sengaja maupun tidak- memiliki video mereka saat bercinta semalaman suntuk.

Video yang akan membuat hidup dan karir yang telah dirintisnya setengah mati hancur lebur.

Risa hampir saja lupa dengan kenyataan mengerikan atas kegilaannya yang telah dilakukannya bersama bajing*n satu itu.

"Oke," jawabnya singkat.

Alva kembali mendekatkan wajahnya, siap mendaratkan satu kecupan lainnya saat Risa memejamkan mata dengan mulut terbuka lebar. Siap menyambut ciuman yang akan diberikan Alva padanya.

Alva tiba-tiba saja terdiam. Dia berhenti saat melihat Risa memejamkan mata dan bersiap menyambut ciuman darinya.

Entah kenapa ... dia merasa ingin Risa membuka mata dan menatap lurus kedua bola matanya. Dia tidak ingin perempuan itu menutup matanya seperti ini, karena dalam hati terdalamnya Alva merasa takut ... Alva takut kalau Risa tengah membayangkan Alan saat mereka sedang berciuman.

Lebih mengerikannya lagi jika Risa menganggap Alva sebagai Alan, kekasih sialan yang telah menduakannya dengan perempuan lain di seberang sana.

"Nggak tahu kenapa gue tiba-tiba jadi badmood," katanya kembali menarik diri. Pria itu berdiri, mencari di mana kausnya yang tadi dia lempar berada, lalu memungut dan kembali mengenakannya tanpa banyak bicara.

Risa membuka mata dan menatap Alva dengan tatapan heran. Dia yang mau mencium dan ingin Risa membalas ciumannya, tapi kenapa dia malah badmood tidak jelas seperti sekarang.

Apa dia berubah pikiran?

Apa Alva lebih suka menyebar video mereka daripada kembali berciuman dengannya?

"Va!"

"Hm?" Alva menoleh setelah kembali mengenakan kausnya tadi.

"Lo ... nggak berniat nyebarin video kita berdua, kan?" tanyanya dengan nada ragu dan ketakutan.

Alva mengernyitkan dahi. "Kenapa gue harus nyebarin? Lo nggak mau jadi partner gue lagi?"

"Nggak, nggak gitu! Lo tadi bilang mau cium, tapi tiba-tiba aja lo bilang lagi badmood. Lo nggak berubah pikiran soal itu dan lebih milih nyebarin video kita berdua, kan?"

Alva menghela napasnya dengan kasar. Tentu saja dia tidak akan menyebarkan video itu apa pun alasannya. Terlebih lagi, karena itu satu-satunya kunci agar dia bisa dekat dengan Risa. Tentu saja dia tidak akan membuang kesempatan yang ia miliki itu, kan?

Namun, kenapa Risa terlihat sangat takut jika sampai video itu tersebar. Apa dia tidak mau jika Alan sampai tahu tentang hubungan terlarang yang telah mereka lakukan?

Alva bisa mengerti, kalau Risa belum mau memberi tahu Alan saat ini. Namun, tetap saja ... melihatnya begitu takut saat Alva berkemungkinan besar akan menyebarkan video mereka membuatnya penasaran.

"Kenapa? Lo kayaknya takut banget kalau video itu kesebar, ya?"

Risa menatap Alva dengan kedua bola mata yang memutar malas. "Tentu saja gue takut. Video itu bisa bikin reputasi gue hancur. Awas aja kalau lo sampai nyebarin video itu gue ... gue ... gue nggak akan maafin lo!"

Alva hanya tersenyum miring. Bukan karena Alan, tapi karena dia takut dengan reputasinya.

Alva mendekati Risa, lalu mencium bibir perempuan itu dengan pelan. "Asal lo tetap menepati janji, gue nggak akan punya niat buat nyebar video itu sama sekali."

Risa menarik mundur tubuhnya, menjaga jarak aman dari Alva, sambil mendelik. "Katanya lo nggak mood?"

"Tiba-tiba aja gue pengin bungkam bibir lo yang dari tadi ngoceh mulu itu." Alva tersenyum lebar. "Besok kalau lo berangkat kerja, pakai rok pendek aja, ya? Jangan pakai celana."

"Kenapa?" Risa mengernyitkan dahi dan menatap Alva heran.

"Apa gue harus ngasih tahu jawabannya sekarang?"

Alva memamerkan seringai mesum yang sukses membuat Risa tahu, apa yang akan dilakukan pria mesum itu padanya.

Risa berdecak sambil bersedekap dada. "Gue nggak bisa janji, ya? Karena gue nggak tahu, apa masih punya setelan kerja rok atau enggak. Belum laundry baju minggu ini. Tolong maklum, gue orang sibuk yang suka lupa buat bersihin pakaian sendiri."

Alva mendengkus geli. "Kalau emang nggak ada, apa boleh buat, kan? Tapi kalau lo cuma ngada-ngada, jangan salahin gue kalau tiba-tiba aja lo kehilangan sesuatu yang berharga."

Risa mendelik.

Sesuatu yang berharga?

Apa?

Apa yang direncanakan pria playboy itu padanya?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel