Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. Hari Pertama di SMA

****

Jam lima shubuh Usep sudah bangun, mandi, sholat shubuh lalu bersiap berangkat ke sekolah. Hari ini pekan pertama masa pengenalan lingkungan sekolah atau biasa kita sebut dengan MPLS

"Udah dibawa semua, Sep?" tanya Emak Bulan memastikan, sambil menyendokkan nasi ke piring Usep.

"Udah, Mak. Buku, alat tulis, tali rafia, spidol, gel rambut dan sisir,kispray juga uda." Usep menyeringai lebar, menyebut sayu per satu barang yang berada dalam tasnya.

"Ngapain bawa gel rambut, sisir, sama kispray?" tanya Emak Bulan heran.

"Biar anak Emak ini selalu terlihat rapi, wangi dan menggoda," jawabnya dengan percaya diri.

Emak terkekeh..

"Siapa yang mau godain tiang bendera, kayak lu tooong?"  wanita itu geleng-geleng melihat tingkah anaknya.

"Nih makan dulu, biar lu kuat menghadapi pahitnya kenyataan MPLS," ajak Bulan menyeringai sambil menyodorkan sepiring nasi hangat dan telur ceplok kesukaan Usep.

"Waaww...hot rice with egg," gumam Usep dengan mata melotot senang menatap sarapannya pagi ini.

Emak terkekeh geli melihat kelakuan anak lelaki satu-satunya ini. Usep anak yang sangat lucu dan menggemaskan, meskipun sesekali tingkahnya bikin emaknya gregetan, sehingga mereka sering bertengkar padahal gara-gara hal sepele saja.

Usep dan Emak Bulan menghabiskan sarapan dengan lahap.

"Melani lu udah disiapin, Sep? " tanya Bulan lagi sambil merapikan dandanannya di depan cermin.

"Udah ibu suri, udah Usep gosok pake sabun ekonomi semalem," ucap Usep sambil mengikat sepatu sekolahnya berwarna hitam putih.

"Bau cucian dong," timpal emak terkekeh.

"Ngga donk Mak, barusan udah Usep semprot kolon Emak yang warna pink itu yang wangi mawar," jelas Usep.

"Waahh, pantesan kolon gua tinggal separoh, ternyata lu yang biangnya." Mata Bulan melotot.

"Maaf, Mak. dikit doang." Usep mencium punggung tangan emaknya.

Usep, memperhatikan emaknya yang sudah rapi dengan baju dress warna ungu selutut dengan rambut diikat tinggi. Emaknya Usep memiliki wajah yang sangat manis dengan lesung di pipi kanannya, banyak lelaki yang tertarik dengan emaknya, namun emak selalu menolak. Alesannya ga ada yang kayak bapak lu, kalau tidak, yang mirip shah rukh khan juga ga papa, ( emak halu).kalau ga ada, yaa emak ga mau. Selalu seperti itu jawabannya ketika Usep bertanya kenapa emaknya selalu menolak lelaki yang datang melamar. Belasan tahun, Emak hidup menjanda.

"Emak jangan cakep-cakep dong," celetuk Usep sambil menatap wajah emaknya, yang lagi sibuk di depan cermin.

"Emak lu berak aja cakep Sep, apalagi dandan," ucap emak sambil terbahak.

"Ha ha ha ..." Usep ikut terbahak, ternyata anak sama emak sama setresnya.

"Emang mau ketemu siapa sih Mak dandan cakep-cakep?" tanya Usep lagi.

"Ya ketemu oranglah, masa ketemu tuyul," jawab Bulan asal.

"Udah sono jalan, ntar kalau telat lu di hukum." Bulan mengantar Usep sampe di depan pintu rumah.

Cliinng!

Melani yang sudah wangi sabun ekonomi mix colon mawar, terparkir di depan kontrakan minimalis mereka.

"Omar berangkat ya mak, emak juga hati-hati, awas aja kalau sampe kepincut juragan empang!" pesan Omar sambil mengambil helem motor dan mendekati Melani.

"Iye...Omaar!" Emak Bulan mencebikkan bibirnya.

"Iya ganteng, sholeh emak, yang rajin belajarnya 

yaa, salam emak buat pak guru yang paling ganteng di sekolahan lu," kata emak lagi menggoda Usep.

"Ogaaaaahhh!" Usep lanjut memakai masker dan helem motornya,kemudian mengumpulkan kekuatan otot kaki dan pahanya saatnya untuk gowes ke sekolah.

Melani adalah sepeda BMX kesayangan Usep, kemana-mana ia selalu mengendarai Melani. Susah senang, hujan badai, senantiasa Melani menemani Usep. Yang unik dia mengendarai sepeda menggunakan helem motor berwarna hitam yang dia beli seken dari temannya. Usep yang memiliki keadaan ekonomi yang mininalis juga, harus bisa berhemat agar dia bisa nabung untuk kuliah. Usep bercita-cita ingin menjadi guru olah raga.

Tulit!

Tulit!

HP terkeren jaman purba itu berbunyi.

Bang Dio

Setelah melihat siapa yang menelepon, Dia memasukkan lagi HP ajaib itu ke dalam saku celana sekolahnya.

"Nanti saja jam istirahat aku telpon balik," gumam Usep sambil masih menggowes Melani. 

Jarak sekolah Usep dengan rumah kontrakannya tidak terlalu jauh, kurang lebih memakan waktu sepuluh menit dengan sepeda untuk sampai di sekolahnya.

Cckkkiiitt! 

Bunyi Melani saat Usep menarik rem sepedanya.

Lagi-lagi Usep terpesona dengan gedung sekolahnya ini, padahal sudah dua kali ia ke sini, namun tetap saja ia takjub. Sekolah SMA Penerus Bangsa adalah sekolah swasta dambaan semua anak seusianya, banyak orantua yang mendambakan anak-anaknya bisa bersekolah disini, selain kualitasnya bagus, fasilitas oke juga ditunjang dengan kemampuan guru-guru yang super kreatif dan pintar, namun tentu saja bayaran sekolahnya juga tinggi. 

Program sekolah salah satunya adalah memberikan beasiswa bagi siswa yatim/yatim piatu yang lulus tes masuk.

 Iseng Usep mencobanya dan LULUS. sebenarnya Usep tidak terlalu pintar namun jika sudah jodohnya lulus, ya Alhamdulillah lulus.

Para siswa dan siswi SMA berbisik-bisik memperhatikan Usep yang masuk ke area parkir sekolah menggunakan sepeda dan helm motor, Usep kebingungan mau di parkir di mana Melani.

Matanya menyapu ke sana-kemari, mencari lokasi parkir sepeda. Namun tidak ada, semua terisi oleh motor keren, bahkan juga mobil.

"Eh, lu yakin ga salah sekolah?" tanya ketus siswi berambut panjang dengan tatapan mengejek yang menggunakan seragam SMP sama seperti Usep.

"Kagaklah," jawab Usep cuek lalu memarkirkan Melani di parkiran motor. Usep mengambil sisir lalu ngaca di spion sepeda dan tersenyum sok manis. Sebenarnya bukan spion sih itu kaca kecil bekas tempat bedak emaknya dengan merk WARDAH yang dikreasikan Usep menjadi spion sepeda.

Teeeeeeettttt!

Bel sekolah berbunyi. Seluruh siswa dan siswi SMA Penerus Bangsa berbaris sesuai kelas masing-masing, tampak kakak-kakak berseragam putih abu-abu sudah berbaris dengan rapi, sedangkan adik-adik kelas satu yang akan MPLS hari ini masih menggunakan seragam SMP. Mereka masih diarahkan untuk mengatur barisan. Usep pun tampak berlari mengikuti barisan yang sudah diatur oleh guru.

Upacara hari senin pun dimulai. Semua tampak serius memperhatikan jalannya upacara, termasuk Usep, selain serius mengikuti jalannya upacara, Usep juga serius memperhatikan kakak kelas yang cantik jelita berambut ikal panjang di sana sedang membacakan susunan upacara bendera pada hari ini.

Deg!

Dada Usep berdebar saat mendengar suaranya.

"Mungkinkah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama," bisik Usep dalam hati dengan wajah bersemu merah.

Upacara selesai semua siswa dan siswi masuk ke dalam kelas masing-masing, namun tidak bagi siswa yang masih berseragam SMP mereka tetap di lapangan untuk mengikuti kegiatan MPLS.

Tahun ajaran ini SMA Penerus Bangsa hanya membuka tiga kelas untuk siswa baru, dengan jumlah tujuh puluh lima siswa, jadi masing-masing kelas terdiri dari dua puluh lima siswa dan siswi dengan seorang wali kelas.

Mereka sudah dibagi menjadi tiga kelompok yang didampingi seorang guru dan dua orang mentor yaitu kakak kelas.

Saatnya games perkenalan dimulai.

Mereka dibagikan masing-masing kertas untuk menuliskan nama lengkap kemudian nama panggilan, Kertas tersebut akan diacak saat ada aba-aba stop, maka kertas tersebut akan dibacakan oleh siswa tersebut dan nama yang muncul berdiri kemudian melakukan perintah sederhana yang disebutkan oleh siswa yang memegang kertas.

Musik diputar "Stoopp!" perintah Pak Arman salah satu guru.

"Ya, kamu yang pakai kaca mata, silahkan baca kertas yang kamu pegang," perintah Pak Anton.

Siswi manis berkaca mata itu pun memperkenalkan diri.

"Daren ahmad Zaelani panggilan Daren."

Siswa yang bernama Daren pun berdiri dan menyapa guru serta teman-temannya.

"Berjalan jongkok mulut dimonyongkan," lanjut Nola siswi berkaca mata tersebut memberi perintah.

"Ck...," Daren melaksanakan dengan wajah menunduk malu, semua tertawa.

"Rezky Aditya panggilan Eki.

Perintah bersalam dengan seluruh siswa di kelompoknya."

"Xander gunadi Lubis, panggilan Xander.

Perintah bersalam dengan siswi saja.

"Huuuuu...." semua bersorak.

Karina Ade Marzani, panggilan Arin.

Perintah Memencet hidung siswa yang dirasa paling ganteng.

"Ha ha ha ...," tawa seluruh anggota kelompok pecah.

Dengan malu-malu Arin memperhatikan siswa yang ganteng, Arin bingung karena hampir ganteng semua isinya, hanya satu yang alakadarnya. Siapa lagi kalau bukan Omar alias Usep.

Usep bersiap berharap hidungnyalah yang dipencet (super halu)

"Wah,dia berjalan mendekatiku, Ya allah Mak, mimpi apa aku semalem Mak, disamperin dayangnya bidadari," gumam Usep dalam hati dag dig dug sambil merapikan rambut dan posisi duduknya.

Usep memicingkan matanya, bersiap menerima hukuman indah ini. Huaahhaahha...hidung Xander yang duduk di samping Useplah yang dipencet. Cowo tampan berparas kebule-bulean.

Bahunya melemah.

"Yaahhh...belom rezeki," gerutu Usep.

Musik diputar lagi. "Stooopp!" teriak Pak Anton.

"Usep komarudin panggilan Omar.

Dengan gaya sok gantengnya Omar berdiri dengan penuh percaya diri lalu tersenyum.

Perintah, nembak kakak kelas."

"Ha ha ha ..." tawa mereka kembali pecah.

Omar merapikan sebak pinggir rambutnya, lalu melihat ke sekeliling tempat di mana kakak kelas berada.

Deg!

Omar baru sadar kalau kakak kelas petugas upacara tadi adalah salah satu mentor di kelompok Omar. Omar berjalan dengan penuh percaya diri mendekati kakak kelasnya.

"Eehhmm." Omar berdehem.

Gadis yang dituju Omar, masih pura-pura tidak melihat, malu juga dikerjain ade kelas.

"Yang keras suaranya!" teriak Pak Anton sambil tersenyum menggoda ke arah Mala.

"Kakaaaakkkk, tau ga kenapa donat itu bolong?" Omar melancarkan rayuannya.

Mala manyun. "Ga tau," jawabnya ketus.

"Karena yang utuh itu hanya cintaku padamu. " eeaaaa...eeaaa...

"Hua ha ha ..." suasana riuhh menertawakan Omar.

Mala ikut tertawa, sampai mengeluarkan air mata.

"Kakaaaakk,tau ga bedanya infrastruktur sama kakak?" gombal Omar lagi.

"Ga tau," jawab Mala

"Kalau infrastuktur menunjang masa depan negara, kalau kakak mengokohkan masa depan aku, eeaaa....eeaaa..." suara riuh kembali memenuhi kelompok Omar, menjadikan mereka pusat perhatian kelompok yang lain.

"Bibirmu Mar, Mar. horor banget," gumam Omar sambil bergidik.

"Kaakak, mau kan jadi masa depan aku?" tanya Omar dengan wajah serius.

"Ogaaaah," jawab Mala ketus.

Prok!

Prok!

Semua siswa yang ada di kelompok Omar memberikan tepuk tangan heboh untuknya.

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel