Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2 : IBU PERI YANG KEJAM

" BAGUS ya...!!! kebiasaan banget pulang sekolah keluyuran dulu bukannya langsung pulang.! kamu sadar gak dirumah banyak pekerjaan yang belum kamu selesain." teriakan Ibu nya memenuhi seluruh ruangan membuat Arsana meringis berpura - pura membersihkan telinganya dan menatap wajah menor itu dengan raut datar.

"maaf Bu, Arsana ada tugas kelompok tadi. sama temen - temen." jawab Arsana datar kemudian hendak melangkah kearah kamarnya yang berada diujung lantai dua.

saat kaki itu hendak melangkah tiba - tiba entah bagaimana dirinya tersandung oleh kaki seseorang yang sedang duduk disofa , yaa siapa lagi kalau gak Ibunya yang garang ini mengakibatkan dirinya terjungkal kedepan, karena reflek Arsana menahan bobot tubuhnya menggunakan kedua telapak tangannya yang kini sudah mengeluarkan darah kembali, hmmm sia - sia diobatin Abraham kalo luka nya kebuka lagi.. batin Arsana.

" kamu tuh ya, ada aja alesan.! pake bohong lagi. kata Shalom kalian gak ada tuh tugas kelompok.!"

Shalom haidah Cantika Widjoyo saudara sepupu Arsana anak dari Sonya haidah widjoyo wanita ini yang kini Arsana panggil Ibu, Sonya merupakan Ibu sambung untuk Arsana.

Shalom dan Arsana seusia dan sama - sama sekolah di Sma Cakrawala. namun berbeda kelas, Shalom dikelas khusus anak - anak pintar dan juga berprestasi tentu saja anak - anak orang kaya didalam sana sedangkan Arsana dikelas biasa yang dipenuhi anak - anak beasiswa dan juga anak - anak yang mempunyai humor tinggi pasalnya kelas Arsana mendapat julukan kelas paling ribut lain hal dengan kelas Shalom adalah kelas yang tenang dan adem , manusia didalamnya selalu berduaan dengan pulpen dan buku.

hmmm membosankan ya kan..?

" iyaa karena Shalom sama aku kan beda kelas Bu.!" ucap Arsana menatap ngeri mata Ibunya yang sudah membesar itu. seperti ingin keluar.

" berani kamu ya, ngejawab aja dibilangin orangtua. masih untung kamu saya pungut gak saya buang.! sudah sana cepet cuci piring trus masak makan malem. sanaaa.... sepet saya liat kamu.!" ketus Ibunya kemudian kembali memfokuskan matanya pada layar tv . hatinya sedikit mencelos mendengar kata - kata ibunya.

Arsana hanya mendengus , ia tak bisa melawan toh bisa tinggal dirumah ini ia sudah sangat berterimakasih. apalagi ibu sambungnya ini sudah menyekolahkannya sedari kecil walaupun kerap kali Arsana mendapat siksaan dan hinaan yang menyakitkan namun bagi Arsana semua itu adalah bayaran yang harus ia bayar karena sudah menyusahkan ibunya ini selama belasan tahun . baginya Ibunya ini ada Ibu peri meski kejam sekalipun

Arsana adalah anak dari kakak suaminya Sonya. Arina meninggal bersama suaminya akibat kecelakaan sebelas tahun silam, saat Arsana menginjak umur lima tahun. Sonya dan Arina sangat dekat bahkan berteman sejak Sma makanya dia sangat benci ketika melihat Arsana, membuatnya mengingat akibat kematian sahabatnya itu.

bahkan Sonya menghilangkan nama Widjoyo di aktenya ia tak akan protes toh emang harus sadar diri tinggal dirumah orang kan, ibu sambungnya ini tak akan pernah mengakui bahwa Arsana juga berasal dari keluarga konglomerat Widjoyo karena kesalahan yang bahkan tak dapat Arsana ketahui.

karena takdir yang menimpah kedua orangtuanya membuat Sonya sangat membenci dirinya dan terus menyalahkan Arsana atas kematian kakaknya berhubung kakek dan neneknya juga sudah meninggal tak ada yang bisa membelanya apalagi Suami ibu sambungnya ini, paman Devan Adi Widjoyo anak dari sang Widjoyo itu sendiri.

Arsana memasuki kamarnya yang luasnya tak seluas kamar tidur biasa, disana hanya ada ranjang single dan meja belajar serta lemari pakaian tak lupa ada dua meja nakas disamping tempat tidur, tapi syurkurnya sudah ada kamar mandi didalam kamar ini. tak masalah kan jika kecil yang penting sudah merasa nyaman.

Arsana melempar tas nya dan merebahkan tubuhnya diranjang, merentangkan tubuhnya disana sambil melihat langit - langit kamar. kamar bernuansa pink pastel ini memiliki plafon bercorak awan - awan putih biru, entah kenapa Om Devan tetap menuruti kemauannya walaupun dengan bentakkandan ocehannya terlebih dahulu didengarnya.

tak lama mata itu terasa berat dan benar - benar tertutup, rasa lelah mempengaruhinya untuk sekedar terlelap sebentar.... BYURRRR..... HAH HAH air satu baskom itu cukup membuat Arsana gelagapan karena seseorang menyiramkannya tepat diwajah pucat itu, baru juga lima menit mejem batin Arsana.

" bangun anak pemalas, saya suruh apa tadi hah..!" teriak Sonya garang.

"ma maaf Bu, Arsana capek banget tadi jadi ketiduran." jelas Arsana dengan menunduk, entah kenapa ketika berhadapan dengan keluarganya Arsana akan menjadi ciut dan tak berani melawan, mungkin sudah terbiasa sejak kecil hidupnya harus penuh dengan keikhlasan.

ia ikhlas disiksa, disakitin oleh keluarganya sendiri karena mereka sudah merawat Arsana yang sebatang kara ini.

" maaf maaf, kalau maaf bisa dijadikan uang sudah liburan ke eropa saya.! sudah sana cepet mandi dan turun kebawah."

"iii-ya Arsana bakal cepet turun kebawah buat masak."

" gak perluh.! sudah dimasakkin Bik Ratih. gak sadar kamu ini sudah jam berapa.?" Ucap Ibunya itu sambil melenggang pergi. blammm... pintu tertutup kencang barulah Arsana bernapas legah dan melihat jam dinakasnya, seketika matanya melotot tak percaya jam berbentuk kucing kesayangannya ini sudah menunjukkan pukul tujuh malam. ehhh bukan lima menit... ini namanya lima jam.

pasalnya ia pulang sekolah jam duabelas tadi karena sekolah mengadakan rapat para staf guru dan tadi ia pulang jam tiga makanya ibunya mengomel. huuuuu jika dipikir - pikir lagi, Ibu sambungnya ini tak terlalu kejam ya kan, yaa karena ia akan selalu memaklumi semua kelakuan keluarganya.

Arsana turun kebawah dengan piama tidur mahal itu, ehmm piama yang sudah bekas Shalom karena gadis itu tak menyukainya lagi dan dibuangnya berhubung mata jeli Arsana memergoki Shalom saat sedang membuang baju yang masih bagus itu akhirnya ia dengan tak tau malunya meminta pada Shalom yang tentu saja langsung dilemparkan oleh gadis itu kewajahnya. yaaa lumayan kan gak sakit juga kena lempar piama sutra. batinnya bersorak.

Arsana menuju dapur dan memeriksa isi kulkas. " mau apa non.?"

"mau masak bi, Arsana laper."

"gausah non, ada nasi sama lauk sisa tuh di meja makan."

" gak papa apa bik Arsana makan itu, ntar dipukul lagi." Arsana melihat kearah meja makan yang masih menyisahkan nasi dan lauk pauk disana.

" gak kok non, nyonya yang kasih pesen ke bibik. katanya suruh non Arsana abisin makanannya.!" ucap bik Ratih lirih ia merasa kasian dengan nona nya ini, seharusnya kekayaan Nyonya nya ini adalah milik Arsana tapi dengan kejam adik dari Ayahnya mengambil alih semua aset kekayaan yang diwariskan untuk nonanya ini. dasar manusia kejam.

" yaudah kalau gitu bik, Arsana makan ya." ucap Arsana girang karena jarang - jarang ia bisa makan banyak gini, kalau gak disekolah yaa minta traktiran sahabatnya si Laras. hehe

****************

Arsana berlari setengah perjalanan menuju sekolah karena angkot yang ia naikki mengalamin mogok hmm sudah pasti telat kena musibah lagi, untung kakinya sampai kesekolah.

Arsana kesiangan hari ini seperti hari - hari kemarin pasalnya semalam ia tidak tidur sampai jam menunjukkan pukul satu pagi, karena tugas menggambar milik Shalom dan antek - anteknya.

Ia dipaksa menggambar sebanyak lima gambaran yang berbeda tapi harus bagus, berhubung Arsana sangat pintar menggambar jadilah si ratu make up itu memanfaatkannya.

" heh kamu yang disana.. berdiri disini.!" Arsana menurut perkataan sang ketos yang memang selalu berjaga didepan gerbang sebelum bel masuk berbunyi, memperhatikan seragam murid - murid dan yang terlambat seperti Arsana saat ini.

Arsana tersenyum cerah tanpa dosa melihat sang pujaan menyuruhnya berhenti dan berkumpul dilapangan, banyak murid - murid lain yang terlambat juga.

" haduhh... Abram kok manggil - manggil sih, kangen ya." tudingnya membuat wajah datar Abraham mengernyitkan dahinya bingung, sejak kapan namanya menjadi singkat gitu.

"Nama Saya Abraham bukan Abram.!" ketus sang ketua osis tersebut.

" itu panggilan khusus buat Abram lah. panggilan kesayangan Arsana." jawab Arsana cengengesan.

" suruh siapa kamu boleh manggil saya dengan panggilan sayang."

" kalo Arsana manggil dengan panggilan sayang , berarti Arsana tuh sayang sama Abram." Abraham berdehem menetralkan keterkejutannya , sudah biasa baginya mendapat pengakuan dari Arsana tapi...kali ini sedikit ada yang aneh saja sih.

"kenapa terlambat.?" tanya Abraham tanpa basa - basi melihat penampilan Arsana yang seperti orang gila, rambut kusut seragam keluar mana keringetan lagi. hah.. seragam ketatnya sedikit basah menjadi tembus pandang , mana gadis petakilan ini tidak menggunakan jas nya. membuat semua murid laki - laki dilapangan itu memandang tubuhnya lapar dan Abraham benci dengan itu.

" kesiangan." jawab Arsana santai sambil memperhatikan kuku - kuku tangannya.

" kenapa bisa kesiangan.?"

" ya karena ketiduran.!" Arsana memutar kedua bola matanya kesal bagaimana sih ni Abram.. percuma juara umum paralel gitu aja gak tau. batin Arsana kesal.

" sudah tau pagi nya sekolah, kenapa bisa tidur larut.!"

" banyak tanya banget sih, kek pembantu baru ." gumam Arsana yang masih dapat didengar Abraham, laki - laki itu berdehem dan kembali memperhatikan baju seragam Arsana yang sudah kekecilan, membentuk tubuhnya yang ramping ini.

"besok, saya tidak mau melihat kamu terlambat lagi dan memakai seragam ini.! " tunjuk Abraham menggunakan mistar panjang ke depan wajah Arsana.

" gak bisa, aku gak bisa janji.!"

" harus bisa! kamu itu sudah banyak melanggar peraturan. jangan sok tebar pesona disekolah. disekolah itu belajar bukan nyabe." bukan suara Abraham melainkan suara Kalilah sih cabe pasar. Arsana melotot pasalnya Kalilah cabe itu menarik baju lengan atasnya dan memperhatikan seketat apa baju seragam Arsana.

" apaan sih lo, terserah gue dong mau pake baju apa kesekolah. ini tuh baju kesayangan gue.!" lagian baju gue cuma satu, kan beli seragam mahal. uang tabungan aku yang pas - pasan mana bisa beli. batin Arsana mencoba tegar.

" baju kesayangan lo kek gini.? hmm iya wajar sih wong jalang tetep aja disekolah jalang gak bisa ditutupin." ucap Kalilah membuat Arsana melotot membuat tangannya mengepal dan hendak melayangkan tamparan ke pipi menor itu tapi tak disangka Abraham laki - laki yang sedari diam itu menghentikan pergerakkannya dan menahan tangannya hingga ia lepaskan secara kasar membuat Arsana tertegun.

sakit sih melihat cowok yang lo suka membela orang yang bahkan menyakiti hati lo dengan kata - katanya, seharusnya biarkan saja ya kan. biar gak sembarangan ngomong.

" jangan gunakan kekerasan disekolah." Arsana terdiam masih memandang tangannya yang dibuang kasar oleh Abraham tadi.

" kamu saya hukum lima kali lari keliling lapangan. dan membersihkan toilet cewek dilantai dua setelah pulang nanti." Ucap Abraham tegas dan melengos kearah murid lain.

mata Arsana berkaca - kaca tak sanggup menyahut atau membela dirinya, bukannya karena hukuman itu melainkan cara Abraham menatap lekat Arsana seolah jijik, mana belain sicabe membuat Kalilah menampilkan raut wajah puas dan menyunggingkan senyum sombongnya. huuu baru juga dibelain begitu udah sombong kenapa gak gue tendang aja sih tadi, kan pastinya Abraham mana mungkin mencekal kakinya. batinnya kesal.

tobe continued*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel