Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

ARAB 9

Sebelum baca klik berlangganan dulu ya

****** ******

Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera kuambil wudhu dan menunaikan shalat subuh. Kali ini aku shalat sendiri, karena jujur hati ini masihlah kesal dengan Mas Johan.

Maafkan aku ya Allah jika mungkin bersalah karena berkata tidak sopan kepada kakak ipar dan suamiku. Namun aku tahu Engkau maha tau, apa yang benar dan apa yang salah.

Sebenarnya aku melakukan semua ini bukan hanya karena kesal dengan sifat mereka, tapi juga karena aku menyayangi mereka. Jika tetap kubiarkan mereka begini, bagaimana jika hingga nanti anak-anaknya juga memiliki sifat yang sama dengan mereka.

Tok tok tokk

"Dek, tolong bukain pintu. Aku mau shalat subuh nih." Suara panggilan dari Mas Johan membuatku sedikit kaget.

Segera kubuka pintu itu, kemudian kucium punggung tangannya, hal yang biasa ku lakukan setelah kami melaksanakan shalat berjamaah.

"Loh Dek, jadi kamu sudah shalat duluan? Duh maaf banget ya aku agak kesiangan dikit ini, kamu sih nyuruh aku tidur di luar, jadinya semalam nggak bisa tidur, eh baru tidur sebentar sudah pagi," ujar Mas Johan panjang.

Aku hanya diam saja mendengar ucapanya tersebut, sambil melipat mukena dan sajadah. Mas Johan pun melaksanakan shalat subuh sendirian.

"Dek, kamu jangan diam saja kayak gini dong. Kamu itu semangat hidupku, kalau kamu diam terus nggak bisa konsentrasi kerja aku, Dek," ucapnya mendekatiku yang tengah memainkan ponsel di depan meja rias.

Aku masih tetap diam, dan melanjutkan melihat status-status terbaru temanku di watshap. Mas Johan berjongkok di sampingku, raut wajahnya menunjukkan kebingungan. Suamiku ini sangat tahu, jika aku sudah diam seperti ini, berarti aku sudah sangat marah.

"Dek, tolong. Maafin aku. Jangan diam terus ya. Aku janji apa yang kamu minta akan aku turuti, tanpa terkecuali."

Hemm lumayan juga penawarannya, selama ini belum pernah dia ingkar janji padaku.

"Beneran kamu berjanji menuruti semua permintaanku?" kataku sambil menoleh ke arahnya.

"Alhamdulillah akhirnya kamu mau ngomong juga Dek. Iya pasti apa saja yang kamu mau asal kamu mau bicara dan tak marah lagi padaku." Senyum bahagia terpancar di wajahnya.

"Aku ingin kamu tegas pada Mbak Sarah dan Mas Rusli, cukup itu saja!"

Meskipun permintaanku sesimple itu, ternyata membuat Mas Johan bingung, buktinya dia masih saja diam tanpa kata.

"Bagaimana kamu sanggup memenuhi janjimu 'kan Mas? Aku tak suka laki-laki yang tak bisa dipegang ucapannya." tanyaku lagi.

"Eh, iya bisa Dek, janjiku pasti akan kulakukan. Tapi tegas seperti apa yang kamu inginkan?"

"Tegas dalam segala hal. Kamu pasti sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah 'kan Mas? Jadi kurasa aku sudah tak perlu menjelaskannya lagi!"

"Huft sebenarnya itu adalah suatu hal yang sangat sulit untukku Dek. Tetapi demi kamu aku akan melakukannya, namun tetap tidak mengurangi rasa hornatku sebagai seorang adik."

"Semua sebenarnya sudah ada porsinya Mas, namun di saat mereka mulai jadi benalu harusnya kamu bisa tegas, masak iya kamu mau terus-terusan di injak-injak harga diri kita? Bahkan mereka tak segan-segan menjadikanku seorang pembantu."

"Iya Dek, demi kamu aku akan berusaha lebih tegas lagi. Aku juga tak tega melihatmu di perlakukan seperti itu oleh mereka," ucap Mas Johan.

Tiba-tiba aku meras mual sekali dan merasa ingin muntah, segera ku berlari ke kamar mandi.

"Dek, kamu kenapa? Sakit ya? Mumpung masih pagi kita ke dokter terdekat saja. Aku nggak mau kamu kenapa-napa." Raut wajah suamiku itu amat khawatir.

"Nggak apa-apa kok Mas..mungkin masuk angin karena semalam 'kan aku tak makan apapun Mas, gara-gara keponakanmu yang jahil itu!" ucapku kesal

"Iya maafin aku ya Dek. Pokoknya sekarang kita ke dokter atau bidan terdekat, mumpung masih setengah tujuh."

Tanpa mendengar jawabanku, Mas Johan langsung mengenggam tanganku dan menariknya menuju keluar. Untungnya tadi aku sudah memakai gamis yang lumayan bagus jadi tinggal memakai jilbab saja.

"Bentar Mas, aku ambil tas dulu. Kamu keluar saja, panasin mesin mobil dulu," kataku yang kemudian mengambil tas di kamar.

Saat melintasi meja makan dan depan kamar para benalu itu, terlihat sampah berserakan. Roti bakar kemarin pun masih di biarkan di lantai bersama dengan popok bekas pakai, ya ampun jorok sekali mereka. Sedangkan di meja makan, piring dan gekas kotor juga masih berjejer, dan sebungkus nasi padangku kemarin sudah tandas tak bersisa, rakus sekali.

Aku kemudian menuju ke dapur, sangat penasaran sekali aku melihat kondisinya yang dua hari ini kuabaikan. Kondisi dapurku yang biasa ya bersih, kini berubah seperti tempat pembuangan sampah, super kotor sekali. Perabotan dapur menumpuk, mungkin itu sudah sejak dua hari yang lalu menumpuk di sana. Banyak lalat-lalat hijau beterbangan dan juga muncul beberapa belatung. Segera aku pergi sebelum muntah.

Tunggu saja, nanti aku akan membuat Mbak Sarah dan anak-anaknya merapikan ini semua tanpa pemaksaan.

******* *******

Sebuah kejutan dari Allah kami dapatkan pagi ini. Dokter mengatakan bahwa aku positif hamil, dan kini usia kandunganku masuk lima minggu. Alhamdulillah setelah penantian panjang selama tiga tahun, akhirnya Allah memberikan kepercayaan ini kepada kami. Kebahagian tak terhingga terpancar di wajah kami.

"Dek, pokoknya kamu mulai sekarang tak boleh kelelahan, makan harus lebih banyak dari biasanya. Kamu harus mencari karyawan untuk toko Dek, jadi nanti kamu di sana hanya tinggal duduk manis di kasir saja."

"Siap Mas, aku nanti akan cari karyawan. Sekarang kita beli sarapan soto daging itu yuk Mas, lapar banget nih!" ucapku, dan Mas Johan pun langsung menuruti permintaanku itu.

"Dek, sekalian kita bungkusin orang rumah ya, biar nanti kamu nggak repot-repot masak," kata Mas Johan.

"Nggak perlu lah Maa, mereka semua kan masih tidur, keburu nggak enak nanti sotonya. Biar nanti aku kasih uang belanja dan Mbak Sarah masak sendiri. Aku 'kan lagi hamil jadi males banget masak-masak gitu," ucapku sambil nyengir dan di jawab anggukan oleh Mas Johan.

Dengan kehamilan ini, akan ku buat Mas Johan menjadi tegas pada keluarga kakaknya itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel