Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Evil's Plan

Chapter 2

Sejak hari pertama magang Grace mengubah penampilannya, ia selalu menggunakan rambut palsu berwarna hitam dengan model sebahu, dan menggunakan kacamata cukup tebal untuk menyamarkan penampilannya. Bukan hanya itu, pakaian yang ia kenakan juga sangat longgar dan tidak modern.

Namun, semua bayangan ketakutan Grace ternyata hanya ketakutannya, fakta di lapangan hingga satu bulan berada di Johanson Corporation, ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan keluarga Johanson.

Grace ditempatkan di bagian keuangan, tidak banyak yang dikerjakan, para staf di sana juga memperlakukan Grace selayaknya anak magang biasa dan Grace selalu berusaha melakukan pekerjaannya dengan baik.

Akan tetapi ketenangan Grace selama satu bulan bekerja buyar, hari-harinya menjadi karyawan magang yang damai berubah menjadi awal kisah hidupnya yang seperti layaknya seorang gadis yang bermain sebuah drama sambil menaiki sebuah roller coaster dimulai saat kepala divisi keuangan memanggilnya dan mengatakan bahwa CEO Johanson Coorporation menunggu Grace di ruangannya.

Setelah melapor kepada seorang sekretaris yang berada di depan ruangan CEO, Grace dengan hati-hati membuka pintu ruangan. Tubuhnya seketika menegang. Seseorang yang duduk di kursi itu adalah seorang pria yang memiliki paras wajah yang teramat tampan hingga pantas disebut rupawan, matanya berwarna Hazel, rambutnya kuning keemasan dan bibirnya tampak merah alami. Pria itu adalah William Johanson, anak pertama keluarga Johanson. Sayangnya wajah tampannya justru menakutkan bagi Grace karena ekspresinya begitu datar mata hazelnya menatap Grace dengan tatapan dingin.

"Silakan duduk, Nona," ucap William dengan nada tak kalah dingin dari tatapan matanya membuat nyali Grace menciut.

"Terima kasih, Sir," ucap Grace.

Kemudian duduk di kursi yang terhalang oleh meja kayu besar yang berada tepat depan William. Diam-diam ia meremas kedua telapak tangannya karena gugup, satu-satunya harapannya hanya semoga William tidak mengenalinya.

William menyapukan pandangannya ke seluruh wajah Grace. "Siapa namamu?" tanyanya dengan nada datar.

"N-namaku Grace Elizabeth," jawab Grace sedikit tergagap.

Meskipun ia bersusah payah mempertahankan ketenangannya tetapi berbohong adalah bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah terlebih orang yang harus dibohongi adalah orang yang mengenalnya sejak ia membuka mata di dunia ini.

"Grace Elizabeth, ya?" William mengucapkan nama Grace dengan nada yang terdengar sinis. "Kau tahu? Namamu mengingatkan nama seseorang yang paling kubenci."

Mendengar kalimat yang diucapkan William, Grace merasa seperti seluruh sel-sel di tubuhnya saling bertabrakan, saling membenturkan diri kemudian mereka memutuskan untuk bersembunyi. Nyali Grace menciut, wajahnya berubah menjadi pias. Meski ia mampu menganggukkan kepalanya demi menutupi kegugupannya.

"Nona Grace, apa kau tahu untuk apa kau kupanggil?" William sedikit memiringkan kepalanya dengan sudut bibir yang terangkat sinis.

"Tidak, Sir," jawab Grace dengan nada setenang mungkin, instingnya untuk waspada secara alami semakin meninggi.

William menyapukan pandangannya ke wajah Grace beberapa detik, ia kemudian membasahi bibirnya menggunakan lidahnya.

"Mulai hari ini kau...." William menjeda ucapannya beberapa detik. Matanya menatap Grace lekat-lekat. "Menjadi asistenku," lanjutanya.

Grace nyaris tersedak liurnya sendiri mendengar apa yang diucapkan oleh William. Sekarang bukan hanya sel-sel dalam tubuhnya yang berbenturan, mereka sepertinya juga menjerit karena terkejut.

Grace mengerjapkan matanya beberapa kali, ia harus segera berpikir untuk melepaskan diri dari situasi ini. "T-tapi, Sir...."

"Tidak ada bantahan," ucap William tegas dan jelas.

Tidak bisa dibiarkan, aku harus bisa lepas dari Willy atau ia akan mengenaliku jika aku menyetujui menjadi asistennya, batin Grace panik.

Grace berdehem. "Maksudku begini, Sir. Latar Pendidikanku adalah perancang keuangan, aku tidak bisa menjadi asistenmu. Itu tidak ada hubungannya dengan pendidikanku," ucapnya berusaha memberikan alasan paling masuk akal.

William menyipitkan sebelah matanya, bibirnya mengulas senyum sedikit sinis kemudian ia berucap, "Nona Grace, di sini kau hanya seorang anak magang. Aku bisa dengan mudah membatalkan magangmu dan aku jamin kau tidak akan lulus. Kau pikirkan dulu tawaranku, aku berikan waktu berpikir beberapa menit."

Beberapa menit? Apa William gila? Grace menjerit di dalam benaknya.

"Kau boleh berpikir lima menit," lajut William sambil menyingkap lengan jas yang ia kenakan, matanya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Apa aku memiliki pilihan lain?"

Grace bukanlah seorang gadis bodoh, ia adalah salah satu gadis dengan kecerdasan di atas rata-rata di kelasnya. Setidaknya ia harus berjuang dan bernegosiasi terlebih dahulu sebelum ia benar-benar harus menyerah.

"Tidak," jawab William singkat.

"Jika tidak ada pilihan lain untuk apa kau memberikanku waktu untuk berpikir?" gerutu Grace. Secara alami ia sedikit mengangkat dagunya seolah sedang menantang pria di depannya untuk beradu argumentasi.

"Waktumu berpikir habis, besok kau harus sudah ada di sini pukul tujuh pagi. Sekarang kau boleh kembali, Nona Grace," ucap William dengan nada penuh kemenangan yang nyata.

Tatapan matanya bahkan mengisyaratkan bahwa tidak seorang pun akan mampu mengalahkan dirinya. Ya, di adalah seorang Johanson. Kekayaannya yang melimpah, bahkan di benua Eropa perusahaan yang dibangun turun temurun oleh keluarga Johanson telah menggurita tersebar di seluruh daratan dan di berbagai belahan dunia lainnya.

Grace menelan ludahnya, entah William mengenalinya atau tidak yang pasti pria itu benar-benar berbeda dengan yang ia kenal dulu. William yang ia kenal sekarang tidak lebih dari seorang asing yang menjengkelkan, terlalu angkuh dan arogan.

"Baik, aku mengerti. Sampai jumpa besok, Sir," jawab Grace dengan suara lirih. Diam-diam ia berulang kali menghela napasnya yang kini terasa berat. Sepertinya paru-parunya sedikit tersumbat.

Grace bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan ruangan itu dengan segala perasaan yang berkecamuk. Jika di masa depannya tidak di pertaruhkan ia lebih baik menunda magangnya atau andai ia memiliki orang yang mampu dijadikan sandaran, ia mungkin lebih baik pindah dari Inggris.

Sepanjang perjalanan kembali menuju asrama, Grace terus mengumpati nasibnya yang kini bagai telur di ujung tanduk.

****

Sementara di ruang kerjanya bibir William tampak mengulas senyum licik, ia memiliki beberapa rencana jahat yang telah ia susun dengan rapi semenjak Grace melepaskan nama Johanson. Baginya melepaskan nama Johanson adalah sebuah dosa besar hingga perbuatan Grace baginya merupakan sebuah tamparan untuk keluarga Johanson meskipun keluarganya tidak mempermasalahkan hal itu. Tetapi, bagi William tidak.

Keluarga Johanson adalah contoh keluarga sempurna, bahkan banyak orang kaya yang menginginkan anak gadisnya bisa masuk ke dalam kelurga Johanson sebagai menantu. Berani-beraninya Grace justru melepaskan nama Johanson.

William sengaja membiarkan Grace selama sebulan menikmati sebagai anak magang biasa, memberikannya hak istimewa dengan memperingatkan seluruh karyawan bagian perencana keuangan agar tidak membuat Grace lelah dan tertekan dalam bekerja. Tetapi, yang perlu diingat adalah kedamaian Grace telah berakhir sejak gadis itu menginjakkan kakinya di ruang kerjanya. William akan memastikan Grace menangis hingga memohon ampun dan meminta maaf lalu kembali kepada keluarga Johanson.

Sebenarnya William berkonspirasi bersama Ivy Albert yang merupakan kenalannya. William sengaja mendekati Ivy dengan cara menyumbangkan sejumlah uang yang tidak sedikit untuk pembangunan yayasan pendidikan di mana Grace belajar kemudian dengan mudah menyeret Grace untuk magang di Johanson Corporation. Sekarang Grace berada di dalam genggamannya, ia akan membuat perhitungan dengan Grace hingga gadis yang dianggap bodoh itu tidak berkutik merasakan ganjaran dari dosanya.

Bahkan William tidak akan segan menghalalkan segala cara agar Grace membayar mahal atas dosa yang dilakukannya.

TAP BINTANG KECIL DI POJOK KIRI BAWAH LAYAR PONSEL KALIAN ❤️ DAN JANGAN LUPA JEJAK KOMENTAR ❤️ TERIMA KASIH ❤️

❤️??

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel