Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12. Bimbang

12. Bimbang

Kebahagiaan benar-benar memenuhi keluarga besar pak Pandu. Kehadiran bayi laki-laki dengan berat tiga kilo lima ons tak henti-hentinya membuat senyum semua orang mengembang sempurna.

Bahkan Yoga tak henti-hentinya mengucapkan kata terima kasih untuk istrinya yang masih terbaring lemas itu.

Pria yang telah berubah status menjadi ayah itu ternyata baru saja datang dari Batu. Pria itu akhir-akhir ini mulai menekuni hobi barunya, Paragliding. Tidak hanya itu, ia juga mulai tertarik dengan olah raga air Flyboarding yang membuatnya lupa waktu dan sering keluar kota untuk melakukannya bersama teman-temannya.

Setidaknya ia sudah mencoba berubah, ia sudah mulai mengalihkan hobinya ke arah yang lebih positif. Ia sudah meninggalkan kebiasaan lamanya yang betah berlama-lama menikmati gegap gempita hiburan malam.

Untungnya tadi ia berangkat ke Batu bersama sepupunya, Abhimana. Pria itulah yang memberitahunya jika Mitha akan melahirkan. Tampaknya orang tua Abhimana yang telah menghubungi pria itu. Yoga sama sekali tak menyadari jika ada puluhan kali panggilan masuk ke ponselnya. Pasti semua itu akibat ia lupa merubah silent mode pada ponselnya.

Akhirnya detik itu juga Yoga terpaksa kembali ke Surabaya bersama sang sepupu. Bahkan saking terburu-burunya, sepupunya meninggalkan istrinya--Rara--yang kebetulan ikut ke Batu ke rumah orang tuanya.

***

Setelah dua hari menjalani masa pemulihan di rumah sakit bersalin, akhirnya Mitha bisa kembali pulang bersama buah hatinya.

Rumah pak Pandu seketika riuh saat anggota baru keluarga besar mereka tiba. Beberapa kerabat pak Danu dan bu Nisa sudah tak sabar melihat bayi mungil dalam gendongan sang nenek. Meskipun beberapa di antara keluarga yang berkunjung sebelumnya sudah melihat sang bayi mungil di rumah sakit, namun mereka tak bisa menggendong sepuasnya seperti saat ini.

Beberapa kerabat juga tak lupa membawa kado untuk sang jagoan baru keluarga pak Pandu.

Semua orang terlihat bahagia tak terkecuali pasangan yang baru saja berubah status menjadi ayah dan ibu itu. Namun kebahagiaan Mitha juga berbanding tegak lurus dengan kecemasan yang perlahan mulai merayap di dadanya.

Ucapan suaminya beberapa waktu yang lalu seakan kembali terngiang di telinganya. Masalah itu belum sepenuhnya selesai. Hingga detik ini sikap suaminya masih abu-abu. Pria itu hanya meminta maaf tanpa meralat ataupun membatalkan ucapannya. Ucapan suaminya yang akan melepaskannya meraih mimpi dan masa depannya.

Entahlah, apakah Mitha yang terlalu serius menanggapi ucapan suaminya ataukah suaminya memang berkeinginan untuk mengakhiri hubungan mereka setelah buah hatinya lahir. Jika jawaban kedua yang ia dapat, sekuat tenaga Mitha pasti akan memastikan hal itu tak terjadi.

Bukannya ia tak mau jika diceraikan Yoga, ia hanya tak ingin terpisah dari buah hatinya. Apapun yang terjadi dengan pernikahannya, ia akan sebisa mungkin menerimanya asalkan masih bisa bersama bayi mungilnya.

Mitha bertekad, ia akan membahas masalah ini bersama suaminya. Ia hanya perlu mencari waktu yang tepat. Dan tentu saja waktu yang tepat bukanlah saat ini. Saat rumah mereka ramai akibat kunjungan keluarga besar suaminya. Ia tak mau membuat drama babak kedua seperti adegan memalukan beberapa bulan lalu ketika ayahnya mendatangi rumah ini demi meminta pertanggung jawaban Yoga. Ya, hal fatal yang akhirnya membuat suaminya berubah dingin seketika.

***

Suasana sore di rumah keluarga pak Pandu begitu ramai. Balon warna-warni tampak menghiasi halaman belakang rumah mereka. Meja dan kursi berhias pita sudah tertata dengan manis.

Hari ini tepat satu tahun kelahiran cucu pertama keluarga ini. Sang kakek dan nenek tampak sibuk mondar-mandir berkeliling memastikan perhelatan perdana cucunya berjalan sempurna. Sedangkan si bocah yang baru saja mampu berjalan seorang diri tanpa bantuan orang di sekitarnya itu terlihat senang dengan pita-pita yang menjuntai di sekeliling taman. Ia berjalan tergesa sambil menarik pita-pita menjuntai yang melambai tertiup angin sore. Warna biru tampak mendominasi di sana.

"Tha, Yoganya mana? Sebentar lagi tamu-tamunya pasti datang. Kalau pesta kayak gini meskipun yang di undang anak-anak, pasti orang tuanya datang juga. Nggak enak kalau tamu datang tapi Yoganya masih menghilang," bu Nisa tampak cemas saat menyadari anaknya tak tampak di matanya.

Padahal wanita itu sudah berkali-kali mengingatkan agar putra sulungnya diam di rumah hari ini. Tapi sepertinya ia harus menelan kekecewaannya saat anaknya pergi entah kemana.

"Sebentar lagi pasti datang, ma. Mas Yoga bilang tadi ada sedikit kepentingan yang mendesak," Mitha berusaha menutupi ulah suaminya.

Sebenarnya wanita itu juga tak tahu kemana perginya sang suami. Pria itu tak mengucapkan sepatah katapun saat meninggalkan rumah. Bahkan Mitha tak tahu kapan pria itu pergi. Ia hanya mendapatkan laporan dari salah seorang sopir keluarganya bahwa suaminya satu jam yang lalu keluar rumah dengan menggunakan salah satu mobil yang kebetulan terparkir di luar pagar rumah. Hal itu memang di lakukan untuk mengantisipasi halaman parkir yang tak mampu menampung mobil para tamu yang mereka undang.

"Kamu nggak usah belain dia terus, Tha. Kamu harus tegas sedikit. Mama nggak mungkin ikut campur rumah tangga kalian, namun jika Yoga masih semaunya sendiri, beri dia ketegasan. Kamu harus berani. Jangan karena Yoga anak kami, akhirnya kamu sungkan menegurnya. Sudah sewajarnya seorang istri mengingatkan jika suaminya berada di jalur yang tidak sesuai." Mitha tersenyum sendu.

Mertuanya memang benar-benar memperhatikan perasaannya. Selama setahun ini memang Yoga sudah tak pernah membuat ulah. Namun hal itu bukan berarti hati Mitha seketika tenang. Sikap Yoga yang masih tak peduli kepada keluarga kecilnya membuatnya berpikir berkali-kali, apa yang seenarnya pria itu inginkan?

Satu bulan setelah melahirkan satu tahun yang lalu. Mitha sudah membahas permasalahan rumah tangganya dengan sang suami. Namun pria itu mengajak untuk memulai semuanya dari awal. Mereka akan mencoba menjadi pasangan suami-istri normal pada umumnya. Meskipun ragu tapi Mitha mengiyakan juga. Ia masih memikirkan masa depan anaknya, perasaan orang tua dan mertuanya, juga statusnya. Tidak mungkin kan ia sudah menyandang status janda saat belum genap berusia dua puluh tahun. Akan jadi apa wajah orang tuanya jika hal itu terjadi. Sudah cukup ia mempermalukan orang tuanya dengan pernikahannya yang masih dini. Tak ingin ia menambah lagi aib untuk keluarganya. Ia hanya perlu diam dan tak terlalu memikirkan sikap suaminya. Toh pria itu tetap melakukan semua kewajibannya.

Meskipun sudah tak pernah bersikap dingin saat bersama Mitha, namun pria itu tidak bisa dikatakan berubah hangat. Ia tetap sering keluar malam, meskipun ia pasti akan berpamitan kepada istrinya. Ia juga masih memperhatikan anaknya meskipun lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Secara garis besar, bisa di katakan suaminya itu berubah namun perubahannya itu tak cukup membuat Mitha tenang.

Mitha sempat berpikir, jika saja rasa di hatinya bisa di cabut hingga ke akar-akarnya, ia pasti akan melakukan itu semua. Mencintai Yoga membuatnya merasakan berbagai rasa baru yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya. Sakit nanun juga terselip bahagia yang luar biasa.

Selama satu tahun ini, ada masa di mana ia merasakan perasaan hampa dan terbuang. Namun semua itu seketika lenyap saat Yoga mendatanginya. Pria itu begitu lihai memuja tubuhnya. Mitha merasa benar-benar dicintai dan diinginkan saat mereka saling mengisi, berbagi ranjang bersama melewati malam demi malam yang tak pernah sekalipun Mitha lupa.

Ada masa di mana mereka menghabiskan malam tanpa memejamkan mata mereka sedetikpun akibat larut dalam percintaan luar biasa hingga pagi menjelang.

Mitha tahu apa yang di sukai suaminya pada tubuh indahnya. Dan hal itu akan Mitha manfaatkan untuk menjerat sang suami selamanya. Pria itu seolah tak ingat apapun saat mereka sudah bermandikan peluh mengejar kenikmatan yang selalu dicarinya dari tubuh istrinya. Namun sekali lagi Mitha bertanya pada hatinya. Berapa lama suaminya akan tetap memuja tubuhnya? Apakah pria itu hanya menginginkan tubuh istrinya saja, namun saat ia bosan ia akan membuangnya?

###

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel