Pustaka
Bahasa Indonesia

Menikahi Keponakan Mamaku

154.0K · Tamat
Kafkaika
149
Bab
6.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Amanda dihadapkan banyak masalah berat ketika harus berjuang menebus liontin mamanya yang karena kecerobohannya sudah hilang. Demi hal itu dia sampai merelakan dirinya cuti kuliah dan menjadi seorang office girl di sebuah perusahaan. Nasib buruknya mulai berubah setelah bertemu dengan Wisnu, bos besarnya yang membantu menebus liontin mamanya. Kisah cinta menarik pun terjadi antara Amanda dan Wisnu. Berkat liontin itu, rahasia besar pun terungkap. Liontin itu ternyata adalah liontin berharga milik keluarga Wisnu yang hilang puluhan tahun silam.

RomansaPresdirPernikahanWanita CantikSweet

Bab 1 : Kehilangan Liontin

"Aaahhh!!!"

Teriakan Amanda terdengar keras. Lesti yang sedang di kamar mandi tentu panik mengira ada sesuatu yang terjadi dengan temannya itu.

“Ada apa?” Tanya Lesti dengan mulut masih penuh pasta gigi.

Amanda tertunduk di lantai dan menangis seperti anak kecil. Nanar tatapannya ke arah laci yang terbuka. Dia lemas karena liontin mamanya hilang.

“Diingat-ingat lagi, barangkali saja kamu lupa naruh?” ujar Lesti belepotan.

“Mana ada, aku selalu simpan di laci. Kuncinya pun masih…” Amanda bahkan tidak melihat kunci lacinya di meja.

“Ceroboh sih kamu!” Gerutu Lesti meninggalkan teman kontrakannya itu kembali ke kamar mandi.

Amanda mencoba membongkar-bongkar benda yang ada di mejanya. Menggeledah tas kuliahnya sampai kolong meja. Benda itu benar-benar tidak terlihat. Dia meruntuki kecerobohannya karena sudah menghilangkan kalung liontin milik mamanya. Itu bukan kalung sembarangan. Itu kalung warisan keluarganya dulu. Mamanya pasti akan marah besar karena Amanda menghilangkannya.

“Tadi aku lihat Lia keluar dari kamar kamu, coba kita tanyakan ke Tante May,” Lesti sudah menyelesaikan sikat giginya dan kembali menghampiri Amanda.

"Di ambil Mbak Raras, terus dijual di toko untuk ongkos pulang," ucap Lia anak pemilik kontrakan saat mereka menanyakan perihal liontin yang hilang itu.

“Astaga Raras, anak itu!” Tante May terkejut karena ART nya berani mencuri barang anak-anak kontrakannya.

"Itu liontin Mama, Les." Amanda menangis di kamarnya. "Raras tega banget ya, bilang mau pulang kampung kenapa pakai ambil Liontinku?"

"Kemarin dia bilang orangtuanya sakit di kampung, butuh banyak biaya. Mau pinjam tapi dia bilang gak balik lagi. Jadi gelap mata kali." Lesti masih menemani sahabatnya itu dan mencoba memikirkan cara, "Ya udah, besok kita telusuri toko perhiasan terdekat, barangkali Raras menjualnya disekitar sini"

Amanda mulai tampak tenang kemudian dia mengambil ponsel di atas meja dan memeriksanya. Ada beberapa pesan dari teman kampusnya. Dia baru ingat bahwa hari ini terakhir pengumpulan proposal tugas akhirnya.

"Astaga! Seharusnya aku ambil data di rumah sakit Dinata hari ini sebelum menemui dosenku," lagi Amanda lemas karena teringat tugas kuliahnya.

"Aduh, kamu gimana sih, Manda? Udah buruan bangun dan gercep" Lesty sedikit kesal temannya itu suka kadang kadang lola.

Terburu-buru berjalan masuk rumah sakit, Amanda menemui resepsionis dan menanyakan apakah dr. Rasyid sedang bertugas?

“Sudah ada janji dengan dr. Rasyid?” Tanya resepsionis itu.

“Oh, kemarin saya juga datang ke sini untuk meminta salinan data tentang…”

“Saya bertanya apa anda sudah janji dengan Dokter Rasyid hari ini?” Resepsionis itu tampak tidak sabar dan kurang ramah pada Amanda.

“Kemarin beliau bilang suruh datang hari ini,” ucap Amanda tahu resepsionis itu merasa terganggu. Tapi bagaimana lagi, ini hari terakhirnya setor proposal itu.

“Ya sudah, kalau mau nunggu silahkan nunggu, tapi kalau mau balik besok juga tidak apa. Dokter Rasyid sedang sibuk,” tukas Resepsionis tadi.

Amanda tentu memilih untuk menunggu. Dia memutuskan mencari tempat duduk tak jauh dari tempat resepsionis itu. Tiba-tiba resepsionis yang kebetulan wanita semua itu nampak gusar memandang kesebuah arah. Mereka merapihkan diri dan kemudian memberikan senyum manis sambil mengangguk pada seseorang yang lewat.

"Selamat siang, Pak!" sapa para resepsionis itu pada pria itu yang hanya mengangkat tangannya saja sudah membuat para wanita itu heboh.

Perawakannya yang tinggi dan tegap serta penampilan terlihat berkelas sudah membuatnya sangat menyedot perhatian. Lihat saja resepsionis itu jadi saling memandang kemudian menutup mulut karna histeris. Konyol sekali!

"Duh, Pak Wisnu makin kece saja!"

"Astaga, aku jadi dag dig dug kalau lihat dia. Mana masih single lagi!"

"Ya ampun, pria ganteng dan kaya seperti itu jangan lama lama jomblo dong, kita jadi GR terus…"

Dan beragam pujian masih sempat terdengar di telinga Amanda yang sedang duduk tak jauh dari sana.

Huh, sama pria ganteng saja manisnya minta ampun. Batin Amanda sedikit kesal karena tadi resepsionis itu jutek sekali padanya.

[Dokter, maaf, saya teman Naira, mau ambil data yang kemarin dokter janjikan, apa masih repot?]

Tulis Amanda di pesan dan mengirimkan pada dokter Rasyid. Dokter itu kebetulan paman temannya dan mereka sudah janjian kemarin.

Amanda sebenarnya sudah tahu dokter Rasyid repot, tapi dia butuh data itu untuk melengkapi proposal penelitiannya. Dan dosen pembimbingnya yang killer itu pasti sangat ontime.

[Bisa diambil ke ruanganku]

Ahirnya dapat balasan juga dan Amanda langsung bangkit dengan langkah panjang memasuki ruangan dr. Rasyid. Tidak berlama-lama dia pun undur diri karena harus segera menemui dosen pembimbingnya di kampus.

Sungguh dokter yang ramah, semoga sehat terus Dokter Rasyid. Batin Amanda tersenyum lega. Dia melewati pria tadi yang masih sibuk mengobrol dengan ponselnya. Pria ini apa sepanjang hari menempelkan ponsel di kupingnya?

"Siapa pemimpin proyeknya? Dirja? Kenapa aku tak pernah dengar nama itu sebelumnya?"

Terdengar satu nama disebut, Dirja. Dan hati Amanda jadi teringat sosok papanya.

‘Kenapa pria itu harus menyebut nama yang sama dengan papa? Jadi sedih kan!’ batinnya sambil masih memburu langkah keluar dari rumah sakit.

Kaki yang menggunakan hak tinggi itu seolah menahan pegal karena masih harus menemui dosen di ruangannya. Pak Pramudiya. Terkenal dosen yang sulit dimanipulatif.

"Permisi, Pak. Selamat siang!" Amanda masuk ruangan setelah mengetuk pintu.

"Selamat sore!" balas dosen itu sambil menatap Amanda dengan tatapan kurang suka. Mungkin karena Amanda sudah membuatnya menunggu.

"Maaf pak, sedikit terlambat. Ini proposal saya dan beberapa data untuk penelitian saya."

Amanda menahan nafasnya dan dengan mengacuhkan tatapan tidak suka dosennya dia tetap berusaha menyampaikan proposalnya.

Dosen itu membolak balik kertas yg disodorkan Amanda. Kemudian dia meletakkan map itu di meja dengan sedikit menggebrak. "Kamu tahu cara membuat proposal penelitian tidak sih? Amburadul semua ini. Mahasiswa seperti kamu ini yang merusak moral bangsa!"

Amanda sudah terkejut saat dosen ini menggebrak meja meski tidak keras, tapi dia lebih terkejut karena dosennya mengatakan bahwa dia perusak moral bangsa. Apa hanya telat sedikit dan proposal yang kurang sempurna akan membuatnya jadi perusak moral bangsa? Berlebihan sekali sih!

"Maaf pak, saya tidak mengerti?" Amanda mencoba meminta penjelasan.

"Kamu, suka main sama Om-Om bukan?" ucap Pramudiya itu mendekatkan wajahnya ke arah Amanda sambil menatapnya tajam.

"Apa? Maaf pak?"

"Berapa tarifmu semalam?"

"Maaf, anda salah faham".

"Sepertinya aku pernah melihatmu keluar masuk hotel, pasti kau adalah mahasiswa yang seperti itu!"

Tatapan Pramudiya berubah seperti pria hidung belang, menilai Amanda dari wajah dan turun ke bagian dada. Tentu saja membuat Amanda merasa tidak nyaman.

Apa dosen ini mabuk?

Tidak waras atau bagaimana?

Kenapa Amanda merasa pria ini aneh sekali?

Kalaupun dia mahasiswa seperti itu—duh amit-amit—tidak seharusnya pria ini bicara segamblang tadi. Kecuali kalau pria ini juga adalah langganan para mahasiswa yang seperti itu.

"Kau punya pilihan, tetap lolos tugas akhir tahun ini dengan syarat kita main, atau...maaf, aku tak bisa meloloskanmu"

‘APA?!’